Bisnis.com, JAKARTA – Penguatan nilai tukar rupiah diproyeksi berlanjut dalam jangka pendek seiring dengan tingginya minat investor berpihak terhadap aset berisiko, termasuk nilai tukar negara berkembang.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Kamis (5/11/2020) rupiah parkir di level Rp14.380 per dolar AS, terapresiasi 1,28 persen atau 185 poin dari penutupan sebelumnya.
Kinerja itu berhasil membuat rupiah menjadi nilai tukar dengan penguatan terbaik di Asia, mengalahkan won yang hanya naik 0,8 persen, disusul oleh baht dan rupee yang masing-masing menguat 0,486 persen dan 0,481 persen.
Adapun, mayoritas nilai tukar Asia berhasil kompak menguat melawan dolar AS yang cenderung dalam tekanan.
Indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama bergerak melemah 0,56 persen ke level 92,884.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan bahwa momentum penguatan rupiah kemungkinan bertahan seiring dengan pelaku pasar global tampak masih tertarik untuk masuk ke aset berisiko.
Berita mengenai Joe Biden yang kemungkinan besar menang dalam pemilihan Presiden AS telah mendorong sentimen positif ke aset berisiko tercermin dari indeks saham Asia, Eropa, hingga nilai tukar emerging market kompak menguat melawan dolar AS.
Adapun, pasar masih menanti pengumuman hasil penghitungan suara. Sejauh ini, capres dari Partai Demokrat, Joe Biden, memimpin dengan 264 suara elektoral (electoral Votes) dan Capres dari Partai Republik Donald Trump tertinggal dengan 214 electoral votes.
“Pasar lebih menyukai program Biden dibandingkan Trump karena Biden mengedepankan kolaborasi dengan negara-negara lain dibandingkan Trump yang lebih konfrontatif,” ujar Ariston kepada Bisnis, Kamis (5/11/2020).
Selain itu, rupiah berhasil menguat kendati dibayangi ekonomi Indonesia yang resmi masuk ke jurang resesi.
Untuk diketahui, Badan Pusat Statistik mengumumkan pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal III/2020 mencatatkan minus hingga 3,49 persen secara tahunan. Namun, secara kuartalan, ekonomi tumbuh 5,05 persen (quarter to quarter/qtq), meskipun secara kumulatif masih mencatatkan kontraksi 2,03 persen.
Ariston menjelaskan bahwa pertumbuhan ekonomi secara kuartalan yang mengindikasikan pemulihan itu telah membantu memberikan efek positif ke rupiah selain didorong euforia pilpres AS.
“Tidak hanya itu, UU Ciptakerja yang sudah disahkan dan ditandatangani juga menjadi daya tarik untuk investor berpihak terhadap rupiah, sehingga pada perdagangan Jumat (6/11/2020) rupiah berpotensi gerak di kisaran Rp14.300 per dolar AS hingga Rp14.450 per dolar AS,” papar Ariston.