Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Vale Indonesia Tbk., akan menggenjot produksi pada kuartal IV/2020 sebagai upaya untuk mempertahankan pertumbuhan kinerja yang impresif hingga akhir tahun.
Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan bahwa perseroan akan mengoptimalkan produksi hingga akhir tahun sehingga dapat mencapai target panduan produksi 2020 sebesar 73.000 ton hingga 74.000 ton.
Untuk diketahui, target produksi tersebut sesungguhnya lebih tinggi daripada panduan kinerja yang telah ditetapkan pada awal tahun ini. Sebelumnya, emiten berkode saham INCO menargetkan produksi tahun ini tidak jauh berbeda dari realisasi produksi tahun lalu sebesar 71.025 ton.
Namun, INCO merevisi naik target produksi karena perseroan berpotensi membukukan volume produksi lebih tinggi seiring dengan penundaan proyek peremajaan furnace 4 pada tahun ini.
“Kami akan mengoptimalkan produksi untuk bisa mencapai target 73.000 -74.000 ton, dan juga menjaga biaya operasi supaya mendapatkan kinerja keuangan yang baik hingga akhir tahun,” ujar Irmanto kepada Bisnis, Kamis (29/10/2020).
Adapun, pada kuartal III/2020 INCO berhasil membukukan laba periode berjalan US$76,64 juta, tumbuh fantastis 47.800 persen dibandingkan dengan periode kuartal III/2019 sebesar US$160.000.
Baca Juga
Sementara itu, INCO membukukan pertumbuhan pendapatan 12,74 persen menjadi US$571,02 juta pada kuartal III/2020 dari realisasi US$506,46 juta pada kuartal III/2019.
Irmanto menjelaskan bahwa terdapat tiga faktor utama yang mendukung kinerja tersebut, yaitu kinerja operasional yang cukup baik, kenaikan harga nikel, dan rendahnya harga komoditas minyak dan batu bara daripada estimasi perseroan hingga September 2020
INCO mencatat harga realisasi pada kuartal III/2020 lebih tinggi 13 persen dibandingkan harga realisasi harga pada kuartal II/2020. INCO mengirim sebesar 19.954 ton dengan pendapatan sebesar US$210,6 juta pada periode Juli-September 2020.
Selain itu, beban pokok pendapatan pada pada kuartal III/2020 ditekan dan hanya naik tipis sebesar 0,4 persen dari beban pokok pendapatan yang dikeluarkan pada kuartal II/2020.
Adapun, kenaikan konsumsi energi pada kuartal ketiga tahun ini seiring dengan produksi nikel dalam matte yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya berhasil diimbangi dengan penurunan harga energi.
INCO mencatat konsumsi HSFO, diesel, dan batubara naik masing-masing sebesar 15 persen, 3 persen, dan 7 persen secara quarter on quarter (qoq), sedangkan untuk harga masing-masing energi mengalami penurunan sebesar 7 persen, 28 persen, dan 6 persen.
Irmanto memperkirakan harga nikel dapat bertahan di level saat ini, kendati kenaikan harga itu dinilai tidak didorong faktor fundamental pasar.
“Mudah-mudahan sentimen positif masih dominan di pasar, terkait baterai mobil listrik dan juga beberapa kebijakan pemerintah terkait subject yang sama,” papar Irmanto.