Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pertambangan mineral, PT Vale Indonesia Tbk., membuka peluang untuk menggarap proyek hilirisasi mineral nikel untuk dijadikan sebagai bahan baku baterai listrik. Hal ini sejalan dengan perintisan holding BUMN di bidang baterai atau Indonesia Battery Holding (IBH).
Direktur Vale Indonesia Bernardus Irmanto mengatakan bahwa hingga saat ini perseroan hanya menggenggam izin penambangan dan pemrosesan bijih nikel. Perseroan, lanjutnya tidak mengantongi izin industri hilir untuk pembuatan baterai kendaraan listrik.
Oleh karena itu, emiten berkode saham INCO itu membuka peluang untuk ekspansi ke hilirisasi nikel tersebut. Terlebih, Holding BUMN Pertambangan atau MIND ID sudah menggenggam 20 perseroan saham Vale.
“Tapi sampai saat ini belum ada pembicaraan ke arah itu [hilirisasi nikel untuk baterai kendaraan listrik] dan belum menjadi bagian strategi jangka panjang perseroan,” ujar Bernardus kepada Bisnis, Rabu (14/10/2020).
Untuk diketahui, MIND ID tengah dalam proses pembentukan Indonesia Battery Holding yang akan melibatkan bisnis pembuatan baterai kendaraan bermotor mulai dari sektor hulu ke hilir.
Proyek IBH akan melibatkan tiga BUMN, yakni MIND ID bersama dengan PT Aneka Tambang Tbk., PT Pertamina (Persero), dan PT PLN (Persero). Ketiganya akan membentuk perusahaan induk di bidang bisnis baterai untuk kendaraan bermotor listrik.
Group CEO MIND ID Orias Petrus Moedak mengatakan bahwa nilai investasi proyek pengembangan baterai dari tambang nikel hingga menjadi baterai kotak ini diperkirakan mencapai US$12 miliar.
Dengan estimasi kurs Jisdor pada Selasa (13/10/2020) di level Rp14.793 per dolar AS, maka nilai investasi itu setara dengan Rp177,52 triliun.
Orias pun menuturkan bahwa pendanaan nantinya berasal dari kombinasi modal dari pemegang saham dan pinjaman perbankan.
Saat ini, tim pengembangan proyek tersebut secara intensif tengah menyiapkan rencana kerja sama dengan calon mitra asing yang berasal dari China dan Korea Selatan.
"Karena yang tanda tangan dari kami adalah Antam, nanti yang buka Antam. Yang pasti satu dari China dan satu dari Korea [Selatan]. Selain China, kami terbuka. Ini pola negosiasinya sifatnya unsolicited approach, mereka datang dan kami lakukan kerja sama, kami tidak buka tender," kata Orias.
Di sisi lain, Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) mengklaim dua produsen electric vehicle (EV) Battery untuk kendaraan listrik terbesar dunia, Contemporary Amperex Technology Co. Ltd (CATL) dari China dan LG Chem Ltd dari Korea Selatan, memberikan isyarat akan bergabung dalam proyek investasi bernilai US$20 miliar dalam pengembangan rantai pasokan nikel di Indonesia.
Menteri BUMN Erick Thohir mengatakan Usaha Indonesia yang memiliki kekayaan tambang berlimpah untuk melakukan penghiliran industri minerba langsung mendapat respon bagus dari investor asing.
Erick mengklaim sinyal itu menjadi bukti bahwa kebijakan Indonesia sudah tepat. Dengan kehadiran investasi luar negeri, pihaknya optimistis aspek keberlanjutan akan terus berkembang dan Indonesia semakin kuat dalam daya saing untuk mendukung ketahanan energi.
Seiring dengan kabar pembentukan proyek IBH tersebut, pada penutupan perdagangan Rabu (14/10/2020) saham INCO berhasil tersulut naik hingga 9,4 persen ke level Rp4.190.
Selain itu, saham PT Aneka Tambang Tbk. (ANTM) menanjak hingga 24,84 persen dan parkir di level Rp955.
Hingga pukul 10.15 WIB perdagangan hari ini, Kamis (15/10/2020), saham INCO terpantau turun 1,19 persen ke level 4.140. Adapun saham Antam masih dalam tren bullish dengan kenaikan 5,24 pesen ke level 1.005.