Bisnis.com, JAKARTA - Saham emiten BUMN karya kompak parkir di zona merah pada hari ke-366 pemerintahan Joko Widodo dan Ma’ruf Amin.
Adapun, harga saham kelompok emiten karya yaitu PT Adhi Karya (Persero) Tbk., PT PP (Persero) Tbk., PT Waskita Karya (Persero) Tbk., dan PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. sudah tertekan sejak awal tahun ini walau dalam enam bulan terakhir sudah rebound.
Berdasarkan data Bloomberg, saham PT PP (Persero) Tbk. melemah paling terbatas sebesar 1,08 persen menjadi Rp915 per saham pada akhir perdagangan Selasa (20/10/2020).
Sejak enam bulan terakhir, harga saham PTPP sudah naik 28,87 persen. Selama setahun terakhir, harga turun 46,33 persen
Selanjutnya saham PT Waskita Karya (Persero) Tbk. dengan ticker WSKT ditutup turun 2,05 persen menjadi Rp715 per saham. Sejak Maret 2020, WSKT terapresiasi 12,60 per saham dan sejak setahun terakhir merosot 56,67 persen.
Saham PT Wijaya Karya (Persero) Tbk. turun 2,80 persen menjadi Rp1.215 per saham. Saham WIKA mulai bangkit terbatas sejak enam bulan terakhir sebesar 7,05 persen dan sejak 20 Agustus 2019 tercatat turun 36,88 persen.
Terakhir, saham PT Adhi Karya (Persero) Tbk. ditutup turun 1,68 persen menjadi Rp585 per saham pada akhir perdagangan Selasa (20/10/2020).
Berbeda dengan saham ketiga saudaranya, ADHI merosot 56,18 persen sejak setahun pemerintahan Jokowi dan Ma'ruf Amin dan belum mampu menguat sejak 6 bulan terakhir dengan pelemahan 8,59 persen.
Adapun, tekanan saham-saham emiten BUMN karya seiring dengan tertekannya kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Secara khusus, pandemi Covid-19 yang merebak pada akhir kuartal I/2020 sama sekali tidak menguntungkan emiten kontraktor. Pasalnya, operasional perusahaan dan aktivitas industri tersendat akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) yang dilakukan untuk menahan penyebaran virus.
Analis Mirae Asset Sekuritas Joshua Michael merekomendasikan saham PTPP dari keempat emiten kontraktor pelat merah tersebut. Namun, pada kuartal IV/2020 ini diharapkan proyek infrastruktur kembali bergerak lagi.
“Kami yakin perkiraan kontrak baru 2020 masih manageable. Kami perkiraan lebih banyak proyek yang datang pada kuartal IV/2020,” tulis Joshua dalam riset terbarunya, seperti dikutip pada Selasa (20/10/2020).