Bisnis.com, JAKARTA – Nilai tukar rupiah terhadap dolar AS melemah pada akhir perdagangan Senin (19/10/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, mata uang garuda terdepresiasi 0,07 persen menjadi Rp14.707 per dolar AS. Sejak awal tahun, rupiah turun 6,07 persen.
Pagi ini rupiah dibuka pada level Rp14.670 per dolar AS dan sempat menyentuh level terendah pada Rp14.670 per dolar AS.
Adapun, rupiah tak mampu memanfaatkan momentum pelemahan indeks dolar AS seperti mayoritas mata uang di kawasan Asia yang ditutup menguat terhadap greenback.
Yuan China menguat 0,07 persen, Ringgit Malaysia naik 0,16 persen dan won Korea Selatan terapresiasi 0,47 persen.
Sementara itu, indeks dolar AS, yang melacak pergerak greenback terhadap enam mata uang utama, terpantau melemah 0,12 persen menjad 93.572 pada Senin (19/10/2020) pukul 15.38 WIB.
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa pelaku pasar khawatir terhadap rasio utang Indonesia yang akan mencapai 38,5 persen terhadap PDB pada 2020 dan menembus 41,8 persen pada 2021.
“Kendati demikian, rasio utang ini sejatinya masih lebih rendah dari negara-negara lain di dunia. Di kawasan Asia Tenggara misalnya, rasio utang Filipina sebesar 37 persen diperkirakan bakal naik menjadi 48,9 persen terhadap PDB pada tahun ini,” kata Ibrahim, Senin (19/10/2020).
Ibrahim melanjutkan bahwa pelemahan rupiah pada akhir perdagangan ini cenderung terbatas karena pada sesi I sempat melemah cukup tajam.
Dari luar negeri, rilis data PDB China pada kuartal III/2020 tampil membawa harapan pemulihan dengan kenaikan 4,9 persen yoy. Adapun, produksi industri di Negeri Panda yang menunjukkan pertumbuhan 6,9 persen yoy dan penjualan ritel naik 3,3 persen yoy tetap membawa harapan pemulihan ekonomi di masa depan.
Ibrahim pun memperkirakan rupiah kemungkinan rebound ke level Rp14.695 - Rp14.730 per dolar AS.