Bisnis.com, JAKARTA - Emiten keramik, PT Arwana Citramulia Tbk., optimistis menutup 2020 dengan membukukan kinerja ciamik, melampaui proyeksi kinerja yang sudah ditetapkan pada awal tahun di tengah banyaknya tantangan bisnis akibat pandemi Covid-19.
Chief Financial Officer Arwana Citramulia Rudy Sujanto mengatakan bahwa perseroan merevisi naik proyeksi laba bersih untuk sepanjang 2020 menjadi Rp300 miliar dari sebelumnya sebesar Rp264 miliar.
Rudy mengaku optimistis kinerja bottom line pada akhir 2020 akan lebih tinggi daripada target yang telah ditetapkan perseroan awal tahun ini.
“Memperhatikan kinerja kuartal III/2020, kami prediksikan laba bersih sepanjang 2020 sekitar Rp300 miliar, bertumbuh sekitar 40 persen dibandingkan dengan 2019,” ujar Rudy saat dihubungi Bisnis, Senin (19/10/2020).
Adapun pada kuartal III/2020, emiten berkode saham ARNA itu membukukan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk sebesar Rp221,5 miliar.
Pencapaian tersebut berhasil tumbuh 38,31 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp160,13 miliar. Kendati demikian, ARNA mencatatkan penurunan pendapatan menjadi hanya sebesar Rp1,61 triliun, turun tipis 1,1 persen dari pencapaian kuartal III/2019 sebesar Rp1,63 triliun.
Baca Juga
Rudy menjelaskan, pendukung utama pertumbuhan kinerja bottom line perseroan adalah penurunan harga gas industri sesuai dengan Peraturan Menteri ESDM No 8 Tahun 2020 tentang Cara Penetapan Pengguna dan Harga Gas Bumi Tertentu di Bidang Industri yang berlaku pada tahun ini.
Dalam beleid tersebut, harga gas bumi tertentu di titik serah pengguna gas bumi (plant gate) ditetapkan sebesar US$6 per MMBTU yang diperuntukkan bagi tujuh golongan industri yakni pupuk, petrokimia, oleochemical, baja, keramik, kaca, dan sarung tangan karet.
“Konsumsi gas [mmbtu/m2] turun sekitar 8 persen dan harga gas turun dari US$9 per MMBTU menjadi US$6 per MMBTU yang mulai kami bukukan mulai Juni 2020,” papar Rudy.
Penurunan harga gas industri berhasil membuat cost of goods sold (COGS) atau harga jual rata-rata perseroan turun lima persen dan biaya penjualan yang juga berhasil ditekan hingga 12 persen lebih rendah daripada realisasi kuartal III/2019.
Hal itu pun tercermin dari menyusutnya beban pokok penjualan menjadi sebesar Rp1,12 triliun, dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp1,2 triliun. Selain itu, beban penjualan pun berhasil turun hanya menjadi sebesar Rp139,1 miliar.
Dengan demikian, laba per saham perseroan yang dapat diatribusikan kepada entitas induk pun ikut naik menjadi Rp30,17 per saham dibandingkan dengan kuartal III/2019 sebesar Rp21,81 per saham.
Adapun, rilis kinerja keuangan kuartal III/2020 berhasil mengerek naik harga saham ARNA. Pada penutupan perdagangan Senin (19/10/2020), saham ARNA menguat 2,61 persen ke posisi Rp472. Di level harga itu, ARNA memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp3,47 triliun. Sepanjang tahun berjalan 2020, ARNA berhasil bergerak di zona hijau, naik 8,26 persen.