Bisnis.com, JAKARTA - Nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) diperkirakan bergerak di kisaran Rp14.600-Rp14.850 pada pekan depan. Sepanjang pekan ini, rupiah naik super tipis 2 poin.
Kepala Riset dan Edukasi Monex Investindo Futures Ariston Tjendra mengatakan ada dua faktor utama yang mempengaruhi rupiah pekan, depan, yaitu demonstrasi penolakan omnibus law UU Cipta Kerja dan perkembangan stimulus pemulihan ekonomi AS.
Ariston mengatakan demonstrasi yang ricuh sempat memberikan sentimen negatif terhadap rupiah. Akan tetapi, apabila demo terkendali maka tidak berpengaruh negatif ke rupiah.
“Pasar masih mewaspadai aksi demonstrasi yang masih berlangsung ini dan kelanjutan penolakan omnibus law,” ujarnya kepada Bisnis, Jumat (16/10/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, rupiah ditutup di level Rp14.698 per dolar Amerika Serikat (AS) pada Jumat (16/10/2020). Posisi itu melemah 8 poin atau 0,05 persen dari sesi sebelumnya.
Kinerja rupiah dalam sepekan terakhir menguat tipis 2 poin. Nilai tukar rupiah di akhir pekan ini menguat 0,01 persen dibandingkan penutupan akhir pekan lalu di posisi Rp14.700.
Dari eksternal, lanjut Ariston, isu paket stimulus AS juga memberi tekanan dan sentimen positif ke rupiah sepanjang pekan ini.
Pembicaraan sempat diharapkan akan menemui kesepakatan yang mendorong pelemahan dolar AS dan penguatan nilai tukar berisiko termasuk rupiah.
Sampai saat ini, dia menyebut pasar masih menunggu kelanjutan pembicaraan. Dolar AS bisa melemah dan memberi keuntungan untuk rupiah jika ada ekspektasi stimulus akan keluar sebelum pemilu.