Bisnis.com, JAKARTA - Emiten kontraktor pertambangan PT Delta Dunia Makmur Tbk. optimis bisa memenuhi target kinerja hingga akhir tahun kendati dibayangi gangguan cuaca akibat fenomena La Nina.
Head of Investor Relations Delta Dunia Makmur Regina Korompis mengatakan pada akhir kuartal setiap tahun, tren produksi akan cenderung melemah seiring dengan curah hujan yang lebih tinggi dibandingkan dengan kuartal sebelumnya.
Namun, pihaknya tetap optimistis kinerja keuangan akan tetap mencetak pertumbuhan positif seiring dengan harga batu bara acuan dalam negeri yang sudah berada dalam tren kenaikan dan diharapkan berlanjut hingga akhir tahun.
Berdasarkan data Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, harga batu bara acuan Indonesia untuk periode Oktober 2020 berada di level US$51 per ton, naik dari posisi September 2020 di US$49,42 per ton.
Dengan demikian, volume kinerja operasional pada akhirnya diperkirakan pulih bersamaan dengan harga batu bara yang naik dan permintaan yang secara perlahan meningkat.
“Strategi perseroan adalah untuk mengurangi biaya, meningkatkan produktivitas baik secara sumber daya manusia maupun peralatan, meminimalkan belanja modal dengan target di bawah US$50 juta, dan pengelolaan modal kerja yang bijaksana,” ujar Regina kepada Bisnis, Selasa (13/10/2020).
Baca Juga
Selain itu, pertumbuhan kinerja juga akan didukung dengan pencapaian kontrak baru yang didapatkan emiten berkode saham DOID itu setelah PT Kideco Jaya Agung tidak memperpanjang kontraknya pada pertengahan tahun ini.
DOID telah mendapatkan kontrak baru dengan Group Bayan, PT Bayan Resources Tbk. (BYAN). Regina menjelaskan, estimasi nilai kontrak itu mencapai US$24 juta untuk mengerjakan proyek infrastruktur Grup Perusahaan yang dimiliki oleh Datuk Low Tuck Kwong itu.
Untuk diketahui, klien perseroan saat ini antara lain adalah PT Adaro Indonesia, dan PT Berau Coal,
“Sementara itu, kontrak lainnya masih dalam progres,” papar Regina.
Adapun, DOID telah membukukan volume OB sebesar 211,1 juta bcm dan produksi batu bara sebesar 30,3 juta ton hingga Agustus 2020. Pencapaian itu masing-masing turun 21 persen dan 10 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu.