Bisnis.com, JAKARTA — Sejumlah sentimen yang membayangi pasar modal ikut menekan kinerja reksa dana sepanjang kuartal III/2020.
Berdasarkan data Infovesta Utama, reksa dana saham dan reksa dana campuran membukukan imbal hasil negatif di akhir periode Juli—September 2020, sedangkan reksa dana pendapatan tetap dan reksa dana pasar uang berhasil mencetak return positif.
Imbal hasil reksa dana saham tercatat -2,92 persen secara kuartalan dan reksa dana campuran -1,16 persen. Kinerja keduanya sejalan dengan indeks harga saham gabungan yang terkoreksi -0,72 persen dalam periode yang sama.
Sementara itu reksa dana pendapatan tetap menjadi yang paling moncer dengan imbal hasil 2,75 persen, diikuti oleh reksa dana pasar uang yang mencatat imbal hasil 1,14 persen sepanjang kuartal III.
Lalu, bagaimana dengan proyeksi kinerja reksa dana pada akhir tahun?
CIO Principal Asset Management Ni Made Muliartini mengatakan kinerja pasar tertekan oleh volatilitas tinggi di akhir kuartal, terutama di September. Alhasil pasar saham dan obligasi pun terkoreksi dan berbuntut pada penurunan imbal hasil reksa dana.
Ni Made menilai pergerakan tersebut lebih disebabkan oleh sentimen domestik seperti pelaksanaan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) jilid II serta ketidakpastian pada lansekap kelembagaan moneter. Di sisi lain, diperparah oleh sentimen menjelang pemilihan presiden di Amerika Serikat.
“Tren yang dipengaruhi sentimen ini diperkirakan masih akan berlangsung hingga akhir tahun,” katanya kepada Bisnis, Minggu (4/10/2020)
Meskipun demikian, dia memperkirakan kinerja reksadana pada kuartal keempat akan membaik dibandingkan kuartal sebelumnya karena ada sejumlah asumsi yang dapat menjadi katalis positif.
Pertama, tutur Ni Made, adanya percepatan belanja pemerintah untuk memberi sokongan pertumbuhan. Kedua, perbaikan penanganan pandemi yang kemudian dapar menekan angka kasus baru.
Ketiga, harapan vaksin yang memasuki tahap-tahap akhir ujicoba klinis dan dapat segera diproduksi dan didistribusikan.
Kemudian keempat, ada harapan mulai dibukanya aktivitas ekonomi yang bisa menggerakkan kembali aktivitas semua lini kehidupan masyarakat dan korporat serta asumsi kelima adalah mulai membaiknya kinerja perusahaan publik.
“Ini diawali oleh PMI [purchasing manager’s index] dan indeks kepercayaan konsumen yang semestinya makin membaik,” papar Ni Made.
Adapun, dengan asumsi kondisi ekonomi akan membaik di kuartal keempat dibandingkan dengan kuartal-kuartal sebelumnya, dia menyebut kelas aset yang diandalkan untuk menghasilkan imbal hasil paling tinggi tentunya kelas aset saham.
“Apalagi mengingat arus modal asing telah begitu deras keluar dari pasar saham dari awal tahun, sehingga menyediakan potensi kenaikan cukup banyak jika terdapat reversal atau pembalikan arah,” imbuhnya.
Sejalan dengan itu, produk saham andalan Principal adalah Principal Total Return Equity dan Principal IDX30 Index Fund pada produk saham konvensional.
Sementara untuk produk syariah, ada reksa dana Islamic Equity Growth Sharia (IEGS) dan IAPEC (Islamic Asia Pacific) yang merupakan produk syariah global.