Bisnis.com, JAKARTA — PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) membeberkan alasan di balik rencana perseroan membawa anak perusahaannya, PT Dayamintra Telekomunikasi (Mitratel) untuk melantai di Bursa Efek Indonesia.
VP Investor Relation Telkom Andi Setiawan mengatakan pilihan untuk melakukan penawaran umum saham perdana atau initial public offering (IPO) merupakan salah satu upaya Telkom dalam memaksimalkan nilai bisnis menara Telkom Group.
Menurutnya, IPO Mitratel dapat merealisasikan potensi kenaikan valuasi dalam bisnis menara Telkom yang dinilainya masih berada di bawah nilai pasar (undervalued) dibandingkan dengan industri.
Selain itu, dengan membawa Mitratel melantai di bursa juga dapat memperkuat posisi perseroan di pasar sekaligus mempersiapkan peluang pengembangan 5G dan mendapatkan efisiensi melalui skala ekonomi.
“Ini akan memperkuat posisi Telkom Griup untuk memberikan layanan konektivitas terbaik di Indonesia,” ujarnya dalam paparan via daring, Selasa (29/9/2020)
Lebih lanjut, dia memaparkan bahwa pemain telekomunikasi global dan Indonesia kini semakin memonetisasi infrastruktur melalui pasar modal untuk memaksimalkan nilai dan mempersiapkan belanja modal baru.
Baca Juga
Apalagi, kata Andi, Indonesia merupakan salah satu industri menara paling menarik dengan potensi valuasi yang lebih tinggi dibandingkan dengan pasar yang sudah mapan seperti Amerika Serikat dan Eropa.
Dia menyebut peluang pertumbuhan Mitratel sebagai lini bisnis menara Telkom sangat terbuka karena Indonesia merupakan pasar yang berkembang dan memiliki peluang besar, didorong oleh transisi ke 4G dan 5G serta lonjakan data.
“Indonesia adalah salah satu negara dengan rasio tertinggi pelanggan mobile per tower yakni 3,5 persen. Ini menunjukkan permintaan tinggi untuk tower tambahan,” paparnya.
Andi mengatakan Mitratel juga memiliki potensi untuk menawarkan layanan baru dan terintegrasi terkait dengan penggunaan dan optimalisasi aset, mengingat perseroan memiliki end to end kapasitas infrastruktur tower.
Tak hanya itu, Mitratel dikalim memiliki basis pelanggan yang kuat dengan peringkat kredit yang tinggi serta proyeksi pendapatan masa depan yang bisa diprediksi. Plus, punya prospek pertumbuhan inorganik yang kuat.
“Juga historis bisnis yang kuat dengan potensi pertumbuhan di depan mata,” imbuhnya.
Kendati demikian, Andi menilai ada sejumlah tantangan yang dihadapi perseroan dalam melakukan aksi korporasi ini seperti mencarii waktu yang tepat baik untuk proses unlock maupun tindakan anorganik, mengingat situasi di tengah kondisi pandemi.
Ada pula tantangan untuk smart financing untuk membiyai kegiatan anorganik perseroan seperti akuisisi menara. Ditambah antisipasi kemungkinan perubahan regulasi dalam industri.