Bisnis.com, JAKARTA - Bobot saham yang lebih dominan dalam produk reksa dana saham menjadi pedang bermata dua.
Pasalnya, ketika harga saham berjatuhan praktis kinerja reksa dana campuran ikut terseret. Di sisi lain, ketika harga saham melambung juga akan diikuti oleh performa reksa dana campuran yang bahkan bukan tidak mungkin mengalahkan kinerja reksa dana pendapatan tetap.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan bahwa kebanyakan produk reksa dana campuran di Indonesia memiliki bobot saham yang lebih besar dalam underlying asset dibandingkan aset obligasi maupun pasar uang.
“Rata-rata, di reksa dana campuran itu bobot saham lebih dominan. Makanya walaupun obligasi naik, kinerjanya tetap negatif,” ujar Rudiyanto kepada Bisnis, Minggu (27/9/2020).
Berdasarkan data Infovesta Utama per 18 September 2020, kinerja indeks reksa dana campuran tercatat minus 11,11 persen atau lebih baik ketimbang kinerja yang dicetak indeks reksa dana saham sebesar minus 23,94 persen.
Kendati demikian, kinerja indeks reksa dana campuran masih lebih rendah dibandingkan kinerja indeks reksa dana pendapatan tetap sebesar 4,46 persen dan indeks reksa dana pasar uang sebesar 3,35 persen.
Baca Juga
Dalam menyusun produk reksa dana dengan aset dasar obligasi, Panin Asset Management masih mengumpulkan obligasi milik pemerintah berjenis Surat Utang Negara (SUN).
Rudiyanto menyampaikan saat ini kebanyakan manajer investasi menggunakan modified duration untuk obligasi berada di atas lima. Modified duration merupakan istilah yang sering digunakan manajer investasi untuk menyatakan risiko obligasi.
Adapun, durasi di atas lima mewakili risiko tinggi. “Kalau sekarang, manajer investasi rata-rata saya lihat yang panjang durasinya di atas lima,” ujar Rudiyanto. Mengingat volatilitas pasar masih tinggi, Rudiyanto menyarankan investor untuk tetap melakukan diversifikasi alokasi aset.
Diversifikasi tersebut bisa dilakukan dengan membagi porsi aset ke reksa dana saham, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran, reksa dana pasar uang, dan bahkan reksa dana terproteksi.
Sampai dengan akhir tahun nanti, Panin AM memperkirakan IHSG bakal mampu menuju kisaran 5.500-6.000 ditopang oleh penemuan vaksin Covid-19 dan penurunan kasus positif Covid-19.