Bisnis.com, JAKARTA – Emiten distributor alat media PT Itama Ranoraya Tbk. (IRRA) semakin dekat dengan rencana untuk mengakuisisi entitas asosiasinya PT Oneject Indonesia.
Direktur Keuangan Itama Ranoraya Pratoto S. Raharjo mengatakan sejak masa penawaran umum saham perdana pada tahun lalu, perseroan memang sudah menyampaikan bahwa pihaknya ingin mengakuisisi Oneject.
“Lewat akuisisi, kerja sama akan saling menguntungkan. Tapi Maret [2020] ada pandemi, hingga akhirnya opsi itu tertunda. Tetap akan kita lakukan, tapi tidak harus cepat,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (23/9/2020).
Pratoto mengatakan bahwa realisasi rencana itu masih menunggu momentum yang tepat mengingat kondisi saat ini dinilai masih sangat dinamis dan masih sulit menentukan valuasi atas Oneject.
Dia juga menilai IRRA tidak memiliki kendala berarti dari sisi internal untuk akuisisi. Bahkan, lanjutnya, kalaupun perseroan perlu menarik utang untuk akuisisi, ruang pada neraca perseroan masih terbuka lebar.
Untuk diketahui, Oneject adalah produsen jarum suntik sekali pakai. Produk jarum suntik yang dihasilkan Oneject dipasarkan oleh IRRA yang sama-sama berada di bawah kendali PT Global Dinamika Kencana.
Baca Juga
Pratoto menerangkan bahwa Oneject juga berencana meningkatkan kapasitas produksinya hingga 1,2 miliar jarum suntik per tahun. Penambahan kapasitas ini dilakukan lewat pembangunan pabrik baru di Cikarang bernilai investasi Rp350 miliar yang dicanangkan rampung pada tahun awal tahun depan.
Sebelum pandemi, jarum suntik sekali pakai yang didistribusikan IRRA menjadi salah satu pemasok utama kebutuhan jarum suntik di Indonesia. Sehingga, peluang untuk berkoordinasi dengan holding BUMN farmasi PT Bio Farma terkait pengadaan jarum suntik untuk vaksin Covid-19 melalui proses lelang juga terbuka lebar.
Pratoto menuturkan produk jarum suntik Oneject memiliki kandungan Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN) di atas 60 persen dan memenuhi standar jarum suntik aman dari World Health Organization (WHO).
“Kami juga sudah punya sertifikat WHO. Sebenarnya, banyak jarum suntik di Indonesia ini tidak ada sertifikatnya, sementara kami punya. Sejak 2003, Kementerian Kesehatan juga selalu ambil barang dari kami, karena yang punya sertifikat itu, dan hanya kami yang memiliki TKDN sekitar 63 persen,” tutupnya.