Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) berjangka berhasil kembali menembus 3.100 ringgit per ton, level tertinggi sejak awal tahun ini.
Berdasarkan data bursa Malaysia, pada perdagangan Senin, (21/9/2020) hingga pukul 11.13 WIB harga CPO untuk kontrak teraktif, Desember 2020, berada di posisi 3.080 ringgit per ton, naik 13 poin. Pada pertengahan perdagangan, harga sempat menyentuh level 3.104 ringgit per ton.
Dengan demikian, harga CPO berhasil meroket hingga 55 persen sejak menyentuh level terendahnya 1.946 ringgit per ton pada Mei 2020 akibat sentimen pandemi Covid-19.
Adapun, sepanjang tahun berjalan 2020 harga CPO masih mencatatkan koreksi sebesar 1,18 persen.
Mengutip Economic Times, kenaikan harga CPO berhasil terdorong oleh reli yang juga terjadi terhadap rekan komoditas minyak nabati lainnya.
“Curah hujan tinggi yang merusak tanaman kedelai di India, yang merupakan salah satu konsumen minyak nabati terbesar di Asia, telah mendorong harga minyak kedelai, sawit, dan minyak-minyak nabati lainnya ke level tertingginya,” seperti dikutip dari Economic Times, Senin (21/9/2020).
Baca Juga
Namun beberapa pengamat memperkirakan reli harga akan berhenti pada pertengahan Oktober, pada saat tibanya panen raya kacang tanah dan kedelai.
Untuk diketahui, pada akhir kuartal umumnya akan menjadi puncak produksi komoditas agrikultur setiap tahunnya.
Di sisi lain, sentimen positif juga berasal dari data ekspor CPO oleh produsen terbesar di dunia, Indonesia, untuk periode Juli 2020.
Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia Mukti Sardjono mengatakan nilai ekspor crude palm oil (CPO) dan turunannya per Juli 2020 mencapai US$1,868 miliar atau sekitar 13,6% dari total nilai ekspor nasional.
“Capaian tersebut naik US$244 juta secara month to month,” paparnya dalam laporan yang dilansir Minggu (20/9).
Moncernya kinerja ekspor CPO ditopang oleh tren kenaikan harga dari rerata US$602 cif Rotterdam pada Juni menjadi sekitar US$659 pada Juli. Tak hanya itu, secara volume, ekspor CPO dan turunannya turut terkatrol dari 2,76 juta ton pada Juni menjadi 3,12 juta ton bulan berikutnya.
“Kenaikan volume ekspor terutama didukung oleh produk olahan CPO dan laurik . Ekspor produk olahan CPO mengalami kenaikan sebesar 352.000 ton, sedangkan laurik naik 32.000 ton,” jelasnya.
Dari sisi pasar, permintaan CPO RI oleh China dari Timur Tengah masing-masing mencapai 629.000 ton (naik 43% mtm) dan 273.000 ton (naik 65% mtm). Ekspor ke India justru turun 5% dan ke Afrika turun 15%.
Dalam hal serapan domestik, konsumsi CPO dalam negeri pada Juli mencapai 1,42 juta ton, naik 97.000 ton dari bulan sebelumnya. Kenaikan terbesar terjadi pada konsumsi biodiesel sejumlah 87.000, oleokimia 6.000 ton, dan untuk produk pangan 4.000 ton. Sepanjang Januari—Juli 2020, total konsumsi domestik sebesar 10,09 juta ton atau 3% lebih tinggi dibandingkan tahun lalu.