Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Mampukah Penawaran Masuk Lelang SUN Besok Capai Rp75 Triliun?

Apabila realisasi berada di bawah Rp75 triliun, pemerintah tampaknya harus menambah stimulus agar pelaku pasar kembali tertarik masuk ke pasar surat utang negara (SUN).
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo
Pialang memperhatikan Yield SUN Indonesia/Antara-Prasetyo Utomo

Bisnis.com, JAKARTA - Penawaran masuk dalam lelang Surat Berharga Negara (SBN) pada Selasa (21/9/2020) diperkirakan bisa melebihi Rp75 triliun. 

Apabila realisasi berada di bawah Rp75 triliun, pemerintah tampaknya harus menambah stimulus agar pelaku pasar kembali tertarik masuk ke pasar surat utang negara (SUN).

Direktur Riset Pilarmas Investindo Sekuritas Maximilianus Nico Demus mengatakan investor domestik masih akan mendominasi lelang SBN besok.

“Total penawaran masuk kami berharap di atas Rp75 triliun. Kurang dari Rp75 triliun, mungkin kita harus memberikan stimulus yang membuat pelaku pasar lebih tertarik,” jelas Nico kepada Bisnis, Senin (21/9/2020).

SBN yang akan dikejar oleh investor pada lelang kali ini diperkirakan adalah seri tenor pendek dan seri-seri calon benchmark tahun depan yaitu FR0086 dan FR0087.

Untuk FR0086 dan FR0087, Nico menunjukkan nominal outstanding instrumen tersebut masih kecil di pasar dan pemerintah akan terus menggenjot likuiditasnya. Adapun, Nico menjelaskan bahwa obligasi tenor pendek lebih dipilih karena investor ingin mengurangi tingkat volatilitas yang terjadi di pasar di tengah ketidakpastian tinggi

“Kalau misalkan masuk ke jangka panjang otomatis pergerakan harga semakin volatil,” tutur Nico.

Sementara itu, para investor asing diperkirakan belum akan berpartisipasi banyak dalam lelang SUN kali ini, sama seperti saat lelang sukuk pekan lalu.

Nico mengatakan sentimen revisi UU Bank Indonesia tetap menjadi perhatian karena investor asing sangat menghormati independensi bank sentral. Selain itu, pemberlakuan PSBB di DKI Jakarta juga menjadi pertimbangan karena potensi Indonesia memasuki resesi saat data-data makroekonomi kuartal III/2020 dirilis semakin besar.

“Berbicara obligasi juga berbicara makroekonomi. Semakin tinggi risikonya maka imbal hasil yang diminta juga lebih tinggi,” ujar Nico. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Penulis : Dwi Nicken Tari
Editor : Ropesta Sitorus
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper