Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Eropa mengalami koreksi terbesar sejak Juli lalu di tengah munculnya dokumen laporan FinCEN yang mengungkapkan transaksi janggal beberapa bank global besar yang diduga meloloskan praktek pencucian uang.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (21/9/2020), Indeks Stoxx Europe 600 terkontraksi 1,6 persen yang ditopang oleh turunnya saham sektor penerbangan dan pariwisata. Saham HSBC Holdings Plc anjlok ke level terendah sejak tahun 1995 bersamaan dengan sejumlah bank besar lain menyusul laporan FinCEN.
Para pelaku pasar Eropa memperkirakan pemerintah setempat akan kembali membatasi kegiatan perekonomian setelah lonjakan kasus virus corona di Benua Biru dalam beberapa waktu belakangan. Hal tersebut berpotensi melumpuhkan laju pemulihan ekonomi.
Sementara itu, Kepala Badan Medis Inggris Inggris Chris Whitty menyatakan negara tersebut tengah berada di dalam titik kritis dalam penanganan virus corona.
Pelaku pasar juga mencermati kabar penggantian hakim agung AS Ruth Bader Ginsburg yang meninggal Jumat lalu. Pemimpin Senat AS dari Partai Republikan Mitch McConnell mengatakan pihaknya akan mengadakan voting untuk mengkonfirmasi nominasi pengganti Ginsburg.
Meski demikian, rencana tersebut ditolak oleh Partai Demokrat. Kandidat Presiden dari Partai Demokrat Joe Biden mengatakan hal tersebut akan menimbulkan kerusakan yang tidak dapat diubah kembali.
Baca Juga
“Pasar masih tetap mengkhawatirkan risiko-risiko yang muncul dari AS, mulai dari penggantian hakim agung hingga pemilihan presiden November mendatang. Dengan penurunan saham-saham teknologi AS, kebutuhan untuk masuk ke Wall Street terbilang rendah,” ujar Peter Rosenstreich, head of market strategy di Swissquote Bank SA.
Sementara itu, Bank Sentral Eropa tengah mengkaji kelanjutan dan kemungkinan perpanjangan pembelian pandemic bond di negara-negara kawasan Benua Biru tersebut.
Adapun, data menunjukkan valuasi pasar global masih berada di dekat level tertinggi dalam dua dekade terakhir seiring dengan masuknya modal asing ke pasar AS. Hal tersebut didukung oleh tingkat suku bunga di dekat level 0 persen yang dilakukan oleh bank sentral AS, The Federal Reserve (The Fed) yang juga akan memulihkan tingkat pendapatan perusahaan setelah sempat terkontraksi.
“Saat ini ada terlalu banyak harapan terkait ketahanan ekonomi AS. Kami memperkirakan masih ada aksi jual yang akan datang karena risiko pemilu AS yang dianggap remeh oleh pelaku pasar,” ujar Fabrizio Fiorini, chief investment officer di Pramerica SGR SpA.