Bisnis.com, JAKARTA - Pelemahan rupiah diyakini dapat dibatasi seiring dengan perincian pemberlakuan pembatasan sosial berskala besar atau PSBB di DKI Jakarta yang berlaku pada Senin (14/9/2020).
Direktur TRFX Garuda Berjangka Ibrahim mengatakan bahwa kejelasan yang diberikan oleh Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terkait tata pelaksanaan PSBB diyakini dapat memperbaiki sentimen negatif di pasar yang dapat semakin menekan pergerakan rupiah.
“Pasar menjadi lebih tenang karena PSBB yang dimaksud tidak seburuk yang diekspektasikan pasar, sehingga sentimen dari dalam negeri ini diyakini dapat membatasi pelemahan rupiah akibat sentimen dari pasar global,” ujar Ibrahim saat dihubungi Bisnis, Minggu (13/9/2020).
Untuk diketahui, Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan akan memberlakukan PSBB yang lebih ketat pada Senin (14/9/2020) dengan hanya 11 kegiatan usaha yang diberikan izin operasi.
Namun, Anies memberikan sinyal untuk memastikan roda ekonomi tetap akan berputar dan tidak lagi menyebutkan pemberlakuan PSBB total.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Jumat (11/9/2020) rupiah menguat 35 poin atau 0,24 persen ke posisi Rp14.890 per dolar AS. Posisi tersebut merupakan yang terlemah sejak 12 Mei 2020 sebesar Rp14.905 per dolar AS.
Baca Juga
Secara umum, selama sepekan terakhir rupiah sudah melemah 0,96 persen, sekaligus menjadi mata uang terlemah di Asia. Selain rupiah, ringgit Malaysia dan dolar Singapura juga melemah masing-masing 0,1 persen dan 0,26 persen.
Sementara itu, baht Thailand, yen Jepang dan Yuan China terpantau menguat masing-masing 0,29 persen, 0,07 persen, dan 0,12 persen.
Ibrahim menjelaskan kendati sentimen dalam negeri membaik, potensi rupiah untuk kembali diperdagangkan di level Rp15.000 per dolar AS masih terbuka lebar seiring dengan sentimen eksternal yang mendukung penguatan greenback dan melemahkan rupiah.
Dia mengatakan bahwa potensi Brexit tanpa kesepakatan terus mengemuka setelah Uni Eropa mengancam akan melakukan tindakan hukum terhadap Inggris. Fokus pasar akan tertuju pada kemungkinan hingga Oktober kesepakatan perceraian antara Uni Eropa dan Inggris masih buntu, sehingga melemahkan euro dan menguatkan dolar AS.
Greenback yang lebih kuat tentu akan membuat sejumlah mata uang negara berkembang lainnya mengalami tekanan dan berpotensi melenggang di zona merah.
Selain itu, minat investasi aset berisiko, termasuk rupiah, diyakini juga semakin terkikis seiring dengan rencana kunjungan bilateral AS ke Taiwan yang akan meningkatkan ketegangan hubungan antara Negeri Paman Sam itu dengan China.
Pada perdagangan awal pekan depan, Senin (14/9/2020), rupiah diyakini masih tetap dibuka di zona merah. Rupiah berpotensi melemah sekitar 50 hingga 200 poin dan bergerak di kisaran Rp14.850 per dolar AS hingga Rp15.010 per dolar AS.