Bisnis.com, JAKARTA - Kinerja pasar obligasi diperkirakan tidak akan terlalu terdampak oleh pemberlakuan kembali Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) di DKI Jakarta. Namun demikian, PSBB tetap berisiko menekan pertumbuhan ekonomi dan membuat target penerimaan fiskal turun.
Head of Fixed Income Research Mandiri Sekuritas Handy Yunianto menjelaskan bahwa PSBB membawa implikasi kontraksi ekonomi di ibukota negara Indonesia ini.
Apabila pelemahan ekonomi terjadi secara masif, Bank Indonesia mempertahankan suku bunga di level rendah yang seterusnya berdampak positif terhadap obligasi.
“Kuncinya kalau ternyata PSBB ini memang berhasil mengatasi statistik Covid-19 yang terus meningkat dan syukur-syukur ada vaksin, harusnya jangka menengah akan lebih positif [untuk pasar obligasi],” jelas Handy kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020).
Di sisi lain, Handy mengingatkan terdapat risiko dari sisi fiskal apabila pertumbuhan ekonomi turun semakin dalam yaitu target penerimaan fiskal bisa semakin turun sementara pemerintah membutuhkan dana untuk belanja.
Hal itu pun akan berujung pada defisit yang lebih besar sehingga pemerintah membutuhkan pembiayaan yang lebih besar lagi.
Baca Juga
“Kalau lihat defisit tahun ini yang sudah cukup tinggi 6,34 persen PDB dan realisasi Juli masih relatif rendah, seyogyanya stimulus fiskal sudah mencukupi sehingga tidak perlu penambahan pembiayaan yang besar tahun ini,” ujar Handy.
Dari sisi yield, imbal hasil Surat Utang Negara (SUN) bertenor 10 tahun naik 0,96 persen pada hari ini ke level 6,94 persen. Handy memperkirakan yield SUN 10 tahun dapat turun kembali ke 6,5 persen - 6,75 persen pada akhir tahun nanti.