Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

PSBB Jakarta, Pengelola Hypermart (MPPA) Pasrah!

PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) dan beberapa ritel modern sudah memperhitungkan pengurangan karyawan jika penjualan hingga Oktober 2020 belum juga pulih.
Petugas Hypermat tengah memindahkan barang belanjaan konsumen. Layanan park and pick up menjadi salah satu layanan baru PT Matahari Putra Prima Tbk. sejak penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)./hypermart.co.id
Petugas Hypermat tengah memindahkan barang belanjaan konsumen. Layanan park and pick up menjadi salah satu layanan baru PT Matahari Putra Prima Tbk. sejak penerapan pembatasan sosial berskala besar (PSBB)./hypermart.co.id

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten ritel modern PT Matahari Putra Prima Tbk. (MPPA) memprediksi pemberlakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) akan kembali menekan kinerja keuangan perseroan pada periode ini.

Head of Corporate Communication Matahari Putra Prima Fernando Repi mengatakan sebelumnya pihaknya berekspektasi pemulihan pasar ritel modern akan dimulai pada kuartal III/2020. Namun, keputusan mengejutkan yang datang dari Pemprov DKI pada Rabu (9/9/2020) membuat, perseroan hanya bisa berpasrah diri. 

“Secara keseluruhan, pasar ritel modern lagi mau naik pelan-pelan. Kena PSBB gini, paling kita defense lah. Mau bilang apa lagi, semua jurus sudah kita keluarkan,” ungkap Fernando kepada Bisnis, Kamis (10/9/2020).

Pengelola supermarket Hypermart tersebut sebenarnya sudah mengerahkan segala macam cara untuk menaikkan transaksi selama delapan bulan terakhir mulai dari meningkatkan layanan daring melalui Hypermart Online Chat & Shop dan Park & Pick Up.

Terbaru, Hypermart akan berkongsi dengan Shopee yang mana pengumuman kerja sama dijadwalkan pekan depan.

Menurut Fernando pihak perseroan dan beberapa ritel modern sudah memperhitungkan jika penjualan hingga Oktober 2020 mendatang belum juga pulih, kemungkinan besar akan ada pengurangan karyawan.

Fernando mengakui kontribusi penjualan daring terhadap total omzet perseroan masih sangat kecil tercermin dari pendapatan segmen daring yang hanya menyumbang kurang dari 9 persen untuk total penghasilan pada tahun lalu.

Kendati mengalami pertumbuhan, ia memperkirakan kontribusi pendapatan daring hanya berkisar 20 persen dari total pendapatan perseroan hingga akhir tahun ini.  

Di sisi lain, Fernando mengatakan tren aksi panic buying yang terjadi pada momentum PSBB kali pertama kemungkinan tidak akan terjadi pada kondisi saat ini mengingat daya beli masyarakat yang belum kembali normal.

Karenanya, Fernando berharap pemerintah daerah DKI Jakarta mempertimbangkan untuk tidak membatasi jam operasional ritel modern mengingat pengunjung otomatis juga akan membatasi kunjungannya ke ritel modern.  

“(PSBB) ini sesuatu yang tidak kita harapkan, tapi karena kesalahan kita juga, akhirnya PSBB ini ada lagi. Berpengaruh sekali dengan ritel modern karena berhubungan dengan transaksi dan ujung-ujungnya adalah sales,” sambungnya.

Untuk diketahui, penjualan bersih perseroan pada periode semester pertama tahun ini mencapai Rp3,67 triliun, turun 20,88 persen dibandingkan periode yang sama tahun lalu. Dengan begitu, rugi berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp219,25 miliar, meningkat dibandingkan posisi rugi tahun sebelumnya yakni Rp186,88 miliar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper