Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada akhir perdagangan Jumat (4/9) turun 40,96 poin alias 0,77 persen ke level 5.239,85. Salah satu emiten yang mengisi barisan top gainers adalah PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA).
Adapun harga AISA pada penutupan perdagangan pekan ini menyentuh angka Rp212, menguat 15,22 persen dari posisi sehari sebelumnya.
Pada perdagangan Kamis (3/9/2020), saham AISA bahkan terbang 34,31 persen setelah dua hari beruntun anjlok. Secara kumulatif, dalam sepekan terakhir harga saham AISA naik 26,19 persen.
Kemunculan AISA dan tren kenaikan saham tersebut terbilang menarik. Pasalnya menimbang fakta bahwa saham mereka baru diperdagangkan per Jumat (28/8). AISA sempat disuspensi BEI sejak 5 Juli 2018.
Lantas, apakah emiten ini layak dikoleksi?
Analis sekaligus pendiri Ellen May Institute, Ellen May, menilai sejauh ini AISA belum menarik untuk kepentingan investasi.
Baca Juga
Dia menambahkan, secara fundamental saham AISA kurang menarik untuk investasi melihat jumlah utang yang besar melebihi total asetnya. Hal ini tentunya AISA memiliki resiko dalam pembayaran utang ke depan.
“Selain itu walaupun kuartal I/2020 laba AISA meningkat signifikan, hal tersebut karena penjualan aset AISA," kata Ellen dalam riset yang diterima Bisnis, Jumat (4/9/2020).
Sebagai catatan, mengacu laporan keuangan kuartal I/2020, total aset AISA berada pada angka 2,16 triliun. Sementara, utang perusahaan berada pada angka Rp3,48 triliun.
AISA mampu mencatatkan laba bersih Rp2,7 miliar. Meski demikian, dalam komponen pendapatan lainnya, terdapat pendapatan dari hasil lelang eksekusi Aset PT Sukses Abadi Karya Inti sebesar Rp 27,48 miliar.
Selain karena alasan fundamental, Ellen menyebut secara teknikal saham AISA masih volatil. Sehingga, masih harus dinanti bagaimana tren pergerakan emiten ini ke depannya.
"Hal ini bisa dilihat pada 3 hari pertama AISA aktif diperdagangkan, harga saham AISA langsung Auto Reject Bawah dan kemarin naik hingga Auto Reject Atas," tukasnya.