Bisnis.com, JAKARTA - Harga minyak sawit berjangka berhasil naik untuk enam hari perdagangan berturut-turut, reli terpanjang sejak Desember 2019.
Penguatan harga CPO tersebut didukung oleh tekanan pasokan dan terkoreksinya ringgit Malaysia.
Berdasarkan data Bloomberg, pada perdagangan Kamis (3/9/2020) hingga pukul 16.46 WIB harga minyak sawit atau crude palm oil (CPO) berjangka untuk kontrak November 2020 di bursa Malaysia masih berada di jalur kenaikannya, menguat 2,99 persen ke level 2.895 ringgit per ton.
Untuk diketahui, sejak menyentuh level terendahnya pada awal Mei 2020, harga CPO telah merangkak naik sekitar 43,2 persen. Harga CPO saat ini pun telah melampaui level perdagangannya pada awal tahun ini di 2.780 ringgit per ton. Adapun, sepanjang tahun berjalan 2020, harga CPO telah bergerak menguat 3,74 persen.
Manajer Penjualan Philip Futures di Kuala Lumpur Marcello Cultrera mengatakan bahwa penguatan harga CPO telah didukung oleh kekhawatiran pasar terhadap tekanan produksi periode September hingga akhir kuartal empat tahun ini.
Cuaca yang tidak mendukung dan pembatasan aktivitas di kebun untuk menghindari penyebaran Covid-19 diyakini akan menjadi awan hitam bagi produksi CPO di negara-negara produsen.
Baca Juga
“Selain itu penguatan harga juga didukung masih adanya beberapa permintaan China jika dilihat dari data ekspor China belum lama ini, meski persediaan mungkin masih naik 2 persen di Malaysia,” ujar Cultrera seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (3/9/2020).
Berdasarkan data surveyor kargo independen SGS Malaysia Sdn., ekspor minyak sawit Malaysia ke China naik 6,4 persen dari bulan sebelumnya menjadi 320.265 ton pada Agustus.
Founder Palm Oil Analytics Singapura Sathia Varqha juga mengatakan bahwa harga CPO berhasil didukung oleh pelemahan ringgit terhadap dolar AS, sehingga menjadikan komoditas itu diperdagangkan lebih murah untuk pembeli dengan mata uang lainnya.
Adapun, pada perdagangan Kamis (3/9/2020) ringgit berada di kisaran level 4,144 ringgit per dolar AS tidak bergerak daripada posisi perdagangan sebelumnya, setelah sempat melemah hingga ke level 4,151 ringgit per ton.
“Kendati demikian, pasar tampaknya masih akan berhati-hati untuk memperdagangkan CPO pada pekan ini, menjelang rilis perkiraan produksi minyak sawit dari Asosiasi Minyak Sawit Malaysia,” ujar Varqha seperti dikutip dari Bloomberg, Kamis (3/9/2020).