Bisnis.com, JAKARTA - Harga tembaga semakin mantap berada di jalur bullish dan terus dikelilingi katalis positif yang dapat memicu harga untuk segera menyentuh level US$7.000 per ton.
Analis Jefferies, Christopher LaFemina mengatakan bahwa pasar tembaga akan mendapatkan keuntungan dari prospek pemulihan ekonomi AS dan Eropa selama 6 hingga 12 bulan ke depan, seiring dengan data perumahan AS terbaru menunjukkan kenaikan.
“Belum lagi, permintaan China yang masih akan tetap kuat sehingga pemulihan pasar tembaga akan terus berlanjut hingga 2021” ujar LaFemina seperti dikutip dari Bloomberg, Selasa (1/9/2020).
Untuk diketahui, aktivitas ekonomi China terus menunjukkan sinyal pemulihan. Data terbaru dari Biro Statistik Nasional China, indeks industri jasa China pada Agustus 2020 berada di level terkuat sejak awal 2018.
Kemudian, meski indeks manufaktur China sedikit melambat, masih menunjukkan ekspansi di tengah beberapa indeks manufaktur negara lain yang masih mencoba untuk membalikkan keadaan menjadi lebih positif.
Fitch Solutions dalam laporannya mengatakan bahwa kurva pemulihan berbentuk V yang sedang berlangsung di China dan penekanan khusus pada investasi infrastruktur mengarah pada akselerasi tajam dalam permintaan logam di negara itu.
Baca Juga
“Tingkat konsumsi secara mengejutkan naik dalam beberapa pekan terakhir, ini yang akan menjadi tenaga tambahan bagi harga logam,” tulis Fitch Solutions.
Berdasarkan data Bloomberg, pada penutupan perdagangan Senin (31/8/2020) harga tembaga di bursa London parkir di level US$6.667 per ton, naik 0,69 persen. Level itu merupakan level tertinggi tembaga sejak 2018.
Sementara itu, harga tembaga di bursa Comex pada perdagangan Selasa (1/9/2020) hingga pukul 14.47 WIB berada di level US$308,15 per pon, naik 0,65 persen. Level itu juga merupakan yang tertinggi sejak dua tahun lalu.
Sepanjang tahun berjalan 2020, harga tembaga di bursa London telah berhasil menguat sebesar 7,99 persen. Padahal, pada medio Maret 2020 harga sempat anjlok hingga menyentuh level US$4.371 per ton.
Kinerja pergerakan yang cukup impresif itu pun telah membuat lembaga keuangan seperti Morgan Stanley, menjadikan tembaga sebagai salah satu komoditas logam dasar yang paling difavoritkan saat ini.
Adapun, tren pelemahan dolar AS yang tengah terjadi dalam empat bulan terakhir juga telah menjadi katalis positif tambahan bagi harga tembaga untuk terus menguji level US$7.000 per ton, level yang belum dikunjungi harga tembaga sejak 2017.
Pada perdagangan Selasa (1/9/2020) hingga pukul 15.12 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback di hadapan sekeranjang mata uang utama terkoreksi 0,35 persen ke level 91,80 dan menjadi level terendah indeks dolar AS sejak 2018.