Bisnis.com, JAKARTA - Bursa Efek Indonesia membuka kembali perdagangan efek PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. (AISA) pada Senin (31/8/2020).
Dalam keterbukaan informasi pada Jumat (28/8/2020), BEI mengungkapkan perihal pembukaan kembali perdagangan saham produsen kudapan Taro yang sudah disuspensi sejak 5 Juli 2018 itu.
"Dapat kami sampaikan bahwa sehubungan dengan telah dilakukannya pemenuhan kewajiban oleh PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk. sebagai Perusahaan Tercatat di Bursa Efek Indonesia, maka Bursa memutuskan untuk melakukan pencabutan penghentian sementara Perdagangan Efek," papar BEI.
Perdagangan efek itu mencakup saham, obligasi dan sukuk PT Tiga Pilar Sejahtera Food Tbk (AISA; AISA01; SIAISA01; SIAISA02) di seluruh pasar sejak sesi I Perdagangan Efek pada hari Senin, 31 Agustus 2020.
Saham AISA terakhir bertengger di level Rp169, dengan kapitalisasi pasar Rp804,3 miliar.
Sebelumnya, Tiga Pilar Sejahtera berencana menambah modal lewat dua skema guna memperbaiki kondisi keuangan. AISA akan menggelar penerbitan saham baru lewat private placement atau penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) dan rights issue alias penambahan modal dengan HMETD.
Baca Juga
Berdasarkan keterbukaan informasi yang dilansir perusahaan, Senin (24/8/2020), Tiga Pilar Sejahtera akan menggelar rapat umum pemegang saham luar biasa (RUPSLB) guna meminta restu pemegang saham pada 30 September 2020.
Dalam rencana private placement, jumlah saham yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 6 miliar lembar seri B. Jumlah itu setara 55,62 persen dari modal disetor dan ditempatkan penuh perseroan setelah pengeluaran saham tersebut.
Harga pelaksanaan ditetapkan Rp210 per saham. Penetapan harga pelaksanaan ditentukan kesepakatan para pihak karena perseroan sedang dalam kondisi perbaikan keuangan. Dengan harga pelaksanaan sebesar itu, Tiga Pilar Sejahtera bakal mendapat kucuran dana segar maksimal Rp1,26 triliun dari aksi korporasi ini.
PT Pangan Sejahtera Investama akan menjadi pihak yang mengambil bagian atas saham seri B yang akan diterbitkan oleh AISA. Manajemen AISA menyebut, hingga keterbukaan informasi dirilis, tidak terdapat pemegang saham pengendali perseroan.
Secara umum, penerbitan saham baru dilakukan untuk memperbaiki kondisi keuangan. Per 31 Maret 2020, modal kerja bersih negatif AISA mencapai Rp353,34 miliar. Sementara itu jumlah liabilitas mencapai Rp3,48 triliun, melampaui 80 persen aset perseroan sebanyak Rp2,16 triliun.
AISA akan menggunakan dana hasil private placement untuk beberapa kebutuhan, antara lai menurunkan rasio utang terhadap ekuitas, memperoleh modal kerja untuk operasional. Aksi korporasi ini juga akan membuat saham perseroan bertambah sehingga dapat meningkatkan likuiditas perdagangan saham perseroan.
Selain private placement, AISA juga akan menggelar rights issue atau penambahan modal dengan hak memesan efek terlebih dahulu. Total saham baru seri B yang akan diterbitkan sebanyak-banyaknya 1,5 miliar lembar atau 12,21 persen dari modal disetor perseroan.
Secara umum, penambahan modal lewat hak memesan efek terlebih dahulu sama juga dengan private placement, yakni memperbaiki kondisi keuangan.