Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Kalbe Farma (KLBF) Sudah Rogoh Capex Rp600 Miliar

Capex periode 2020 digunakan untuk menyelesaikan dua pabrik di Cikarang, Jawa Barat, yang ditujukan untuk memproduksi obat bebas yang saat ini membutuhkan kapasitas lebih.
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Vidjongtius memberikan paparan saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (15/5/2018)./JIBI-Dwi Prasetya
Presiden Direktur PT Kalbe Farma Tbk. Vidjongtius memberikan paparan saat berkunjung ke kantor Bisnis Indonesia, di Jakarta, Selasa (15/5/2018)./JIBI-Dwi Prasetya

Bisnis.com, JAKARTA — Emiten farmasi PT Kalbe Farma Tbk. telah merealisasikan 60 persen dari target anggaran belanja modal periode 2020.

Presiden Direktur Kalbe Farma Vidjongtius mengungkapkan perseroan telah merealisasikan belanja modal atau capital expenditure (capex) Rp600 miliar hingga semester I/2020. Pihaknya memprediksi realisasi sampai dengan akhir tahun akan mencapai Rp1 triliun.

Vidjongtius menjelaskan bahwa capex periode 2020 digunakan untuk menyelesaikan dua pabrik di Cikarang, Jawa Barat. Fasilitas itu menurutnya untuk obat bebas yang saat ini membutuhkan kapasitas lebih.

“Karena [permintaan] vitamin untuk daya tahan tubuh meningkat. [Alokasi capex] juga untuk dua gudang di Cikarang,” jelasnya kepada Bisnis, Kamis (27/8/2020).

Seperti diketahui, Kalbe Farma melaporkan pertumbuhan penjualan bersih 3,8 persen secara year on year (yoy) menjadi Rp11,60 triliun pada semester I/2020. Laba bersih yang dikantongi perseroan naik 10,3 persen secara tahunan menjadi Rp1,38 triliun per 30 Juni 2020.

“Walaupun dampak Covid-19 terhadap makroekonomi Indonesia di kuartal II/2020 cukup menantang, perseroan dapat mempertahankan pertumbuhan penjualan dan laba bersih yang positif dan stabil,” ujar Direktur Keuangan Kalbe Farma Bernadus Karmin Winata.

Emiten farmasi itu menyatakan akan terus menggabungkan strategi pengelolaan portofolio produk, mengelola efektivitas kegiatan penjualan dan pemasaran, dan melakukan transformasi pemanfaatan teknologi digital. Selain itu, KLBF juga memonitor biaya-biaya operasional lainnya untuk mempertahankan tingkat laba sebelum pajak penghasilan.

“Pertumbuhan laba bersih yang lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan penjualan bersih terutama disebabkan oleh peningkatan efisiensi di biaya operasional, keuntungan selisih kurs, dan tarif pajak yang lebih rendah,” jelas Bernadus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper