Bisnis.com, JAKARTA — Rencana penerbitan sejumlah produk reksa dana baru membuat PT Panin Asset Management cukup optimistis dapat mencapai target dana kelolaan mereka tahun ini.
Direktur Panin Asset Management Rudiyanto mengatakan awal tahun ini pihaknya menargetkan dana kelolaan mencapai Rp15 triliun sepanjang tahun. Pencapaian Panin AM per akhir 2019 sebesar Rp12,64 triliun.
Adapun Rudiyanto menyebut per 24 Agustus 2020 Panin AM telah membukukan dana kelolaan sekitar Rp11,35 triliun. Jumlah tersebut masih akan bertumbuh seiring penambahan investor yang masuk.
“Bulan ini rencananya investor corporate mau masuk cukup besar sekitar Rp1 triliun, di [reksa dana [terproteksi] jadi kayaknya di akhir Agustus akumulasi dana kelolaan kami bisa menjadi Rp12,3—Rp12,4 triliun,” tuturnya kepada Bisnis, Rabu (26/8/2020).
Melihat perkembangan saat ini, dia mengaku optimistis dapat memenuhi target yang dipatok. Apalagi hingga akhir tahun ini Panin AM berencana menerbitkan 2-3 produk reksa dana terproteksi baru.
“[Jarak menuju target] tinggal Rp2,5 triliun ya berdoa aja semoga dapat,” selorohnya.
Baca Juga
Selain mengandalkan investor institusi, Rudiyanto menilai pertumbuhan investor ritel juga mulai menunjukkan tren positif sejalan dengan pertumbuhan kinerja reksa dana akibat pasar yang mulai menguat.
Menurutnya, hal tersebut kembali membangkitkan minat investor untuk mulai masuk ke reksa dana.
“Yang kemaren beli di harga bawah sekarang untungnya sudah lumayan, mungkin bisa sekitar 20-30 persen. Yang kemarin nggak ngapa-ngapain ruginya mulai berkurang. Jadi meningkatkan mood investor dan minat untuk subs lagi,” tutur dia.
Dia memproyeksikan pasar masih akan bergerak dalam tren naik hingga akhir tahun nanti. Untuk indeks harga saham gabungan, Rudiyanto menyebut level wajarnya ada di kisaran 5.500—6.000.
“Kalaupun ada koreksi lagi, saya rasa untuk mencapai 5.500 itu bukan target yang tdiak masuk akal,” imbuh dia.
Sementara untuk aset berbasis obligasi, dia menilai imbal hasil obligasi masih bisa menguat hingga ke level 6—6,5 persen seiring dengan maraknya sentimen positif mulai dari suku bunga rendah hingga guyuran stimulus dari pemerintah.