Bisnis.com, JAKARTA – Emiten perkebunan, PT Dharma Satya Nusantara Tbk., berencana akan membangun pabrik Bio-Compressed Natural Gas (Bio-CNG) selanjutnya, setelah merampungkan satu pabrik itu pada tahun ini.
Direktur Utama Perseroan Dharma Satya Nusantara Andrianto Oetomo mengatakan bahwa perseroan berencana untuk membangun pabrik Bio-CNG berikutnya pada tahun depan dengan kapasitas yang jauh lebih besar daripada pabrik yang rampung dibangun tahun ini.
Hal itu seiring dengan pemanfaatan limbah cair atau palm oil mill effluent (POME) dari 2 Pabrik Kelapa Sawit (PKS) dengan kapasitas 2x60 ton TBS per jam, sehingga penghematan biaya energi akan semakin signifikan.
Adapun, emiten berkode saham DSNG itu telah merampungkan pabrik Bio-CNG dengan kapasitas 280 m3 per jam dan menghasilkan output listrik sebesar 1,2 Megawatt, yang berlokasi di Muara Wahau, Kabupaten Kutai Timur, Provinsi Kalimantan Timur.
Pabrik itu dibangun sejak Desember 2018 dan sempat tertunda pembangunannya pada kuartal I/2020 seiring dengan pembatasan aktivitas keluar-masuk wilayah kebun akibat Pandemi Covid-19.
“Saat ini kami sedang dalam tahap finalisasi instalasi pabrik Bio-CNG tersebut dan ditargetkan akan segera commissioning pada September 2020,” ujar Andrianto dalam Press Conference Public Expose Live 2020, Senin (24/8/2020).
Untuk diketahui, pembangunan Bio-CNG Plant itu merupakan salah satu upaya perseroan menerapkan kebijakan sustainability dengan memberdayakan POME yang mengandung gas metana (CH4), sehingga dapat mengurangi emisi gas rumah kaca yang berdampak buruk terhadap lingkungan.
Di samping itu, melalui proses konversi gas metana menjadi energi listrik serta gas likuid dalam tabung atau Bio-Compressed Natural Gas (Bio-CNG), pemanfaatan POME yang berasal dari 1 PKS dengan kapasitas 60 ton TBS per jam, akan menghemat penggunaan bahan bakar solar hingga 2 juta liter per tahun.
Selain itu, dengan pemanfaatan Bio-CNG ini, cangkang atau Palm Kernel Shell yang tadinya dijadikan bahan bakar pada Kernel Crushing Plant (KCP), dapat diproses menjadi biomas untuk di ekspor ke Jepang, sehingga menghasilkan tambahan pendapatan bagi Perseroan.
“Namun, pendekatan kami membangun pabrik ini bukan hanya untuk mengejar pendapatan, tetapi untuk mengurangi beban produksi yaitu dengan mengurangi ketergantungan bahan bakar solar perseroan,”papar Andrianto.