Bisnis.com, JAKARTA — Sentimen negatif dari sejumlah kasus yang menyeret industri investasi kolektif dinilai tak memberikan dampak signifikan terhadap jumlah aktivitas investor reksa dana.
Head of Investment Avrist Asset Management Farash Farich menilai industri reksa dana saat ini terpantau cukup solid. Dia menambahkan, kinerja reksa dana tidak mengalami penurunan signifikan dari sisi dana kelolaan maupun unit penyertaan akibat isu-isu yang menggoyang industri reksa dana.
Berdasarkan data Otoritas Jasa Keuangan, dana kelolaan atau asset under management (AUM) reksa dana per 30 Juli 2020 sebesar Rp504 triliun. Setelah tertekan di masa puncak pandemi, jumlah ini terus menunjukkan tren naik kembali menuju posisi awal tahun yakni sebesar Rp542,17 triliun.
Begitu pula dengan jumlah unit penyertaan reksa dana yang menunjukkan tren serupa. Per 30 Juli 2020, unit penyertaan tercatat sebanyak 415,42 miliar unit, sedangkan di awal tahun sebesar 424,79 miliar unit.
“Turunnya AUM ini lebih banyak karena harga saham yang belum kembali dari koreksi penuh,” ujarnya kepada Bisnis, Selasa (18/8/2020)
Mengacu pada angka tersebut, Farash mengaku masih sangat optimistis dengan pertumbuhan industri reksa dana meski ada sentimen yang membayangi. Di sisi lain, dia menilai aktivitas investor juga masih terjaga karena jumlah investor masih terus menunjukkan kenaikan.
Baca Juga
“Nasabah individu di Avrist sendiri pertumbuhannya sangat pesat. Saat ini sekitar 33.000 nasabah, tahun lalu masih sekitar 3.000an,” ungkapnya.
Meskipun demikian, Farash mengaku tetap memberikan edukasi berkelanjutan bagi para nasabahnya, baik melalui artikel di media sosial maupun bekerja sama dengan agen penjual reksa dana yang terdaftar di Perkumpulan Agen Penjual Efek Reksa Dana Online (Paperdo) juga Asosiasi Penasihat Investasi Indonesia.