Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Grup MNC, Global Mediacom (BMTR) Bakal Private Placement Rp140 Miliar

Perseroan akan menerbitkan 700 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp200. Dengan demikian, total transaksi mencapai Rp140 miliar.
Gedung iNews Tower./mediacom
Gedung iNews Tower./mediacom

Bisnis.com, JAKARTA - Entitas Grup MNC, PT Global Mediacom Tbk. (BMTR), berencana melakukan private placement dengan nilai transaksi Rp140 moliar pada 24 Agustus 2020.

Dalam keterbukaan informasi pada Kamis (13/8/2020) manajemen BMTR menyebutkan berdasarkan Rapat Umum Pemegang Saham Luar Biasa (RUPSLB) pada 11 Agustus 2020, disetujui perseroan melakukan penambahan modal tanpa hak memesan efek terlebih dahulu (PMTHMETD) atau private placement.

Perseroan akan menerbitkan 700 juta saham baru dengan harga pelaksanaan Rp200. Dengan demikian, total transaksi mencapai Rp140 miliar.

"Pelaksanaan PMTHMETD pada 24 Agustus 2020, sedangkan pemeberitahuan hasil pelaksanaan PMTHMETD pada 26 Agustus 2020," papar manajemen.

Sementara itu, setelah membukukan penyusutan pendapatan dan laba sepanjang paruh pertama tahun ini, PT Global Mediacom Tbk. optimistis dapat membalikkan keadaan mulai kuartal III/2020.

Direktur Global Mediacom David Fernando Audy mengatakan adanya pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sebagai buntut dari pandemi Covid-19 di paruh pertama tahun ini berdampak secara tidak langsung terhadap perseroan.

Pasalnya, tutur David, PSBB membuat pendapatan mayoritas industri anjlok dan memaksa perusahaan-perusahaan untuk melakukan efisiensi pengeluaran, termasuk memangkas anggaran belanja iklan sehingga berdampak pada pemasukan anak usaha perseroan, PT Media Nusantara Citra Tbk. (MNCN).

“Sebenarnya MNCN saat itu sedang bagus, karena orang di rumah, penonton naik. Tapi iklan turun, karena situasi tidak pasti jadi klien-klien ini takut dan akhirnya cut bujet iklan,” jelas David saat public expose Global Mediacom via siaran langsung, Selasa (11/8/2020)

Meskipun demikian, pria yang juga menjabat sebagai Direktur Utama MNCN ini optimistis keadaan bisa berbalik apalagi saat ini PSBB mulai dilonggarkan dan aktivitas bisnis mulai kembali berjalan.

“Saya percaya kuartal kedua kemarin itu the worst dan it’s behind us,” imbuhnya.

Menurutnya, meski situasi belum sepenuhnya kembali pada keadaan sebelum pandemi, tapi tanda-tanda pemulihan sudah terlihat, termasuk pada belanja iklan dari klien-klien MNCN yang mulai mengalami peningkatan.

“Kita udah mulai rasain. Misalnya belanja iklan rokok, itu HMSP sekarang naik banyak di MNCN. Terus yang lain-lain juga banyak. Kalau klien kita doing well, spending mereka juga pasti meningkat,” tutur David.

David mengatakan kondisi ini juga akan tertolong dengan adanya berbagai kebijakan dan setimulus dari pemerintah seperi program pemulihan ekonomi nasional (PEN), penurunan suku bunga, dan kucuran likuiditas kepada perbankan.

“Pemerintah mendukung ekonomi kita secara substantial dan anggaran stimulus juga kan mulai terealisasi jadi saya percaya Q3 mestinya lebih bagus. Nggak kelihatan apa yang bakal bikin jelek, saya sih nggak lihat,” ujarnya.

Berdasarkan laporan keuangan semester I/2020 yang ada di Keterbukaan Informasi Bursa Efek Indonesia, BMTR membukukan pendapatan Rp5,86 triliun, turun 7,84 persen dibandingkan pendapatan periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp6,36 triliun.

Penurunan tersebut diakibatkan susutnya pendapatan iklan nondigital atau iklan konvensional yang menjadi kontributor utama perseroan. Pendapatan yang berasal dari MNCN ini turun 13,51 persen secara year on year menjadi Rp 3,20 triliun.

Begitu pula dengan pendapatan dari konten yang juga mengalami penurunan 10,34 persen dari Rp912 miliar menjadi Rp807 miliar. Namun di saat yang sama pendapatan iklan non digital tercatat naik 25,85 persen dari Rp325 miiliar menjadi Rp409 miliar.

Di sisi lain, pendapatan dari segmen usaha tv berbayar dan broadband yang berasal dari IPTV meningkat 11,88 persen, menjadi Rp1,73 triliun dari yang semula Rp1,54 triliun. Pun, pos pendapatan lain-lain naik dari Rp273 miliar menjadi Rp681 miliar.

Sementara itu jumlah beban langsung yang ditanggung perseroan terpantau turun 11,31 persen secara year on year, dari yang semula Rp3,39 triliun menjadi Rp3,01 triliun. Namun, penurunan beban belum mampu menopang laba perseroan.

Laba yang dapat diatribusikan pada entitas induk perseroan tercatat turun 7,71 persen menjadi Rp597 miliar per akhir semester I/2020 dari yang sebelumnya Rp551 miliar per akhir semester I/2019.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper