Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

SUN Diincar Asing, Pasar Obligasi RI Bergairah

Penawaran yang masuk dalam hasil lelang tujuh seri surat utang negara (SUN) pada Selasa (11/8/2020) mencapai Rp106,00 triliun.
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha
ILUSTRASI OBLIGASI. Bisnis/Himawan L Nugraha

Bisnis.com, JAKARTA — Partisipasi asing ke dalam lelang surat utang negara kembali meningkat. Perkembangan vaksin Covid-19 jadi penambah daya tarik obligasi pemerintah Indonesia di mata investor global.

Direktorat Jenderal Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko (DJPPR) Kementerian Keuangan melaporkan hasil lelang tujuh seri surat utang negara (SUN) pada Selasa (11/8/2020). Hasilnya, total penawaran yang masuk senilai Rp106,00 triliun.

Penawaran yang masuk ke dalam lelang SUN itu menjadi yang tertinggi kedua pada periode berjalan 2020. Penawaran masuk tertinggi tahun ini senilai Rp127,11 triliun pada 18 Februari 2020.

Associate Director Fixed Income Anugerah Sekuritas Ramdhan Ario Maruto mengatakan lelang masih didominasi investor domestik. Akan tetapi, keikutsertaan asing mulai meningkat dibandingkan dengan lelang sebelumnya pada masa pandemi Covid-19.

“Sejak covid dan asing keluar dari pasar, rata-rata keikutsertaan asing 10 persen—17 persen,” jelasnya kepada Bisnis, Rabu (12/8/2020).

Ramdhan menyebut ada beberapa faktor penyebab asing mulai melirik pasar SUN dalam negeri. Daya tarik utama yakni tingginya imbal hasil, peringkat kredit yang stabil, serta likuiditas yang tetap baik.

“Krisis ini diawali dengan krisis kesehatan dan  perkembangan terakhir vaksin sudah dalam tahap lanjut. Dengan selesainya Covid-19, pasar SUN akan menjadi incaran investor global,” paparnya.

Di sisi lain, dia mengatakan ruang penurunan suku bunga acuan Bank Indonesia masih terbuka. Hal itu semakin menambah daya tarik SUN.

Investor asing, lanjut dia, akan terus mengamati perkembangan Covid-19 baik di Indonesia maupun global untuk masuk lagi ke pasar. Masuknya asing akan membuat pasar SUN Indonesia semakin likuid dan sehat.

Berdasarkan data Bloomberg, imbal hasil surat utang negara (SUN) tenor 10 tahun Indonesia turun ke level 6,723 persen pada Rabu (12/8/2020) pukul 16:46 WIB. Sementara itu, yield SUN tenor 5 tahun Indonesia turun dari 5,809 persen menjadi 5,803 persen. 

Sebagai catatan, pergerakan harga obligasi dan yield obligasi saling bertolak belakang. Kenaikan harga obligasi akan membuat posisi yield mengalami penurunan sementara penurunan akan menekan tingkat imbal hasil.

Sebelumnya, Pelaksana Tugas (Plt) Direktur SUN DJPPR Kementerian Keuangan Deni Ridwan mengungkapkan incoming bids dalam lelang Selasa (11/8/2020) menjadi yang tertinggi kedua pada 2020. Pencapaian itu ditopang oleh perbankan nasional yang memiliki likuiditas cukup banyak serta meningkatnya partisipasi investor asing.

“Sekitar 33 persen dari total incoming bids adalah dari investor asing. Bids dari Bank Indonesia relatif tidak banyak berubah dari lelang-lelang sebelumnya,” jelasnya kepada Bisnis, Selasa (11/8/2020).

Berdasarkan catatan Bisnis, partisipasi asing dalam incoming bids lelang sebelumnya sekitar Rp12,71 triliun. Jumlah itu setara dengan 12,47 persen dari total penawaran masuk senilai Rp72,78 triliun.

Deni mengklaim peningkatan partisipasi asing seiring dengan prospek ekonomi Indonesia. Pengelolaan kebijakan fiskal dan moneter menurutnya cukup kredibel.

Seperti diketahui, Fitch Ratings menegaskan peringkat kredit jangka panjang BBB untuk Indonesia dengan outlook atau prospek stabil pada Senin (10/8/2020). Lembaga pemeringkat internasional itu memperkirakan aktivitas ekonomi di Indonesia akan berkontraksi 2 persen pada 2020. Kondisi itu dipicu oleh dampak virus Covid-19.

Dampak pandemi disebut tercermin dari laporan pertumbuhan ekonomi Indonesia yang terkontraksi 5,3 persen secara year on year pada kuartal II/2020. Akan tetapi, posisi itu telah diantisaspi dalam proyeksi Fitch Ratings.

Fitch Ratings memperkirakan rebound pertumbuhan menjadi 6,6 persen pada 2021. Prediksi itu sejalan dengan efek basis rendah serta momentum diperkirakan akan berlanjut ke 5,5 persen pada 2022 seiring dengan fokus pembangunan infrastruktur.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper