Bisnis.com, JAKARTA - Jumlah rig minyak aktif di Amerika Serikat turun ke level terendah sejak 2005 atau 15 tahun terakhir seiring dengan langkah produsen yang menahan pertumbuhan eksplorasi baru.
Mengutip Bloomberg, pada Jumat (7/8/2020) waktu setempat, Baker Hughes Co. melaporkan jumlah rig minyak aktif di AS selama sepekan turun 4 titik menjadi 176 titik. Jumlah rig aktif itu terendah sejak 2005.
"Perusahaan-perusahaan energi telah menyetop rig-rignya, dan hampir tidak menggunakannya selama lebih dari 4,5 bulan," papar laporan tersebut, dikutip Minggu (9/8/2020).
Pasar minyak tengah terombang-ambing penurunan permintaan akibat pandemi Covid-19 yang menekan aktivitas perekonomian. Sejumlah korporasi energu pun menahan aktivitas pengeboran baru.
Exxon Mobil Corp. dan Chevron Corp. telah menginformasikan bahwa mereka mungkin akan menghapus miliaran barel cadangan dari pembukukan. Hal ini menyusul lemahnya harga minyak, sehingga tidak menguntungkan untuk diproduksi.
Alih-alih mencari sumber minyak mentah baru, para eksekutif korporasi minyak menyalurkan dana tunai sebagai dividen untuk pemegang saham yang gundah dengan hasil investasi yang buruk selama bertahun-tahun.
Baca Juga
"Para produsen di Amerika Utara dalam pertempuran relevansi investasi, bukan pertempuran untuk merebut pasar global. Mengalokasikan dana lebih untuk memacu pasokan malah menjatuhkan kita berkali-kali," papar chief executive officer at Parsley Energy Inc., Matt Gallagher.
Sebagian besar penurunan rig mingguan terjadi di Permian Basin, ladang minyak terbesar di Amerika Utara. Pengeboran juga turun di Eagle Ford Shale di Texas Selatan dan mengalami stagnasi di wilayah Bakken dan Denver-Julesburg di North Dakota dan Colorado.
Pada penutupan perdagangan Jumat (9/8/2020), harga minyak WTI kontrak September 2020 turun 1,74 persen atau 0,73 poin menjadi US$41,22 per barel. Adapun, harga minyak Brent kontrak Oktober 2020 terkoreksi 1,53 persen atau 0,69 poin menuju US$44,4 per barel.