Bisnis.com, JAKARTA — Tenaga dolar AS diperkirakan terus melemah pada masa pandemi Covid-19. Kekhawatiran mengenai kondisi ekonomi AS menutupi prospek positif dolar AS sebagai aset yang paling diburu ketika terjadi krisis dan resesi.
Mengutip Bloomberg pada Kamis (6/8/2020) pukul 11.58 WIB, indeks dolar AS yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang mata uang utama dunia melemah 0,13 persen ke level 92.743 atau terendah selama dua tahun terakhir. Sejak awal tahun, indeks dolar AS melemah 3,80 persen.
Di sisi lain, aset safe haven lainnya seperti emas justru terus melanjutkan penguatan. Harga emas Comex kontrak teraktif menguat 0,43 persen ke level US$2.058 per troi ons. Sejak awal tahun, harga menguat 29,33 persen.
Chief Strategist Pictet Asset Management Luca Paolini mengatakan pihaknya masih bearish terhadap greenback. Pasalnya, prospek pertumbuhan ekonomi AS masih mengkhawatirkan sementara defisit anggaran dan neraca berjalan di Negeri Paman Sam kian melebar.
Belum lagi ketidakpastian politik akan memengaruhi iklim bisnis di AS apabila Presiden Donald Trump tidak dapat memenangkan Pemilu pada tahun inii.
“Tapi kami tetap overweight terhadap emas—aset paling menarik dan defensif karena likuiditasnya—di tengah risiko inflasi, pelemahan dolar AS, peningkatan risiko gepolitik, dan ketidakpastian pandemi,” kata Paolini seperti dikutip Bloomberg, Kamis (6/8/2020).
Baca Juga
Adapun data ekonomi AS pada Juli tampil bervariasi. Tingkat upah turun tajam pada Juli yang mengindikasikan kasus Covid-19 telah menekan pasar tenaga kerja. Di sisi lain, industri jasa tampil ekspansif dalam laju tercepatnya sejak Februari 2019 pada bulan lalu.
Senada, Goldman Sachs Group Inc. melalui catatan juga masih mempertahankan pandangan bearish terhadap dolar dan lebih merekomendasikan investor untuk mengakumulasikan emas atau saham.
“Keyakinan kami masih tetap pada pelemahan lanjutan dolar AS,” tulis Tim Strategist Goldman Sachs Group.
Biasanya, pergerakan harga emas dan dolar AS berkorelasi positif ketika dunia dihadapkan oleh ketidakpastian. Pasalnya, kedua aset tersebut merupakan aset aman (safe haven) yang akan diburu oleh investor dalam rangka menjaga kinerja portofolio investasi.
Bloomberg menunjukkan bahwa tren korelasi positif tersebut telah berkurang sejak awal tahun ini ketika harga emas terus melejit sementara indeks dolar AS merunduk.