Bisnis.com, JAKARTA - Dolar Amerika Serikat mengalami tekanan akibat rencana Presiden Donald Trump memundurkan jadwal Pemilihan Umum (Pemilu) dan kontrak ekonomi Paman Sam.
Pada perdagangan Jumat (31/7/2020) pukul 06.50 WIB, indeks dolar AS terkoreksi 0,46 persen atau 0,432 poin menjadi 93,021. Indeks terkoreksi 3,49 persen sepanjang tahun berjalan setelah berhasil mencapai level tertinggi 102,992 pada 2020.
Laporan Monex Investindo Futures menyebutkan dolar AS melanjutkan pelemahan setelah Presiden Donald Trump meningkatkan kemungkinan menunda Pemilu yang menentukan presiden baru AS pada 3 November 2020. Padahal, tanggal tersebut diabadikan dalam Konstitusi A.S.
Sebelumnya Trump memberikan cuitan di Twitter bahwa pemilihan dengan voting melalui sistem elektronik dan bukan sistem absensi yang baik merupakan bentuk pemilihan yang tidak adil dalam sejarah. Hal itu menurut Trump akan sangat memalukan bagi AS.
Di sisi lain, mengutip Bloomberg, perekonomian AS pada kuartal II/2020 dilaporkan mengalami penurunan kinerja paling tajam di tengah merebaknya wabah virus Corona atau Covid-19.
Realisasi kinerja ekonomi Negeri Paman Sam pada kuartal kedua itu bahkan menjadi penurunan paling signifikan sejak dekade 1940.
Baca Juga
Produk domestik bruto (PDB) AS menyusut 9,5 persen pada kuartal II/2020 bila dibandingkan dengan triwulan sebelumnya (quartal-to-quartal). Penurunan kinerja ekonomi negara adidaya itu bahkan mencapai 32,9 persen untuk laju tahunan (year-on-year/yoy), sebagaimana dilaporkan Departemen Perdagangan.
Anjloknya ekonomi membuat bursa saham merosot pada penutupan Kamis (30/7/2020). Indeks Dow Jones melemah 0,85 persen atau 225,92 poin ke level 26.313,65, sedangkan S&P 500 koreksi 0,37 persen atau 12,22 poin menuju 3.246,22.
Indeks Nasdaq berhasil menguat 0,43 persen ke posisi 10.587,81, setelah dibuka melemah 0,59 persen atau 61,78 poin ke level 10.481,16 pada awal perdagangan.