Bisnis.com, JAKARTA – Emiten konsumer dianggap masih memiliki prospek yang cerah di tengah data penurunan penjualan pada kuartal II/2020.
Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia, indeks sektor konsumer ditutup parkir pada zona merah dengan penurunan 0,05 persen atau 0,95 poin ke level 1.851,24.
Adapun, indeks yang merupakan rumah dari 57 emiten tersebut terpantau masih menjadi indeks sektoral dengan penurunan paling kecil secara year-to-date yakni 9,86 persen.
Terbaru, PT Kino Indonesia Tbk. (KINO) melaporkan penjualan sebesar Rp2,19 triliun pada semester I/2020, menurun tipis 1,3 persen secara tahunan dibandingkan perolehan pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni Rp2,22 triliun.
Direktur Keuangan Kino Indonesia Budi Muljono mengakui hal tersebut. Namun menurutnya, laba bersih perseroan bertumbuh jika mengasingkan pos keuntungan diskon dari pembelian saham Morinaga awal tahun lalu.
“Kita harus exclude angka ini (keuntungan laba diskon pembelian saham) dari laba semester satu tahun lalu sehingga perubahan laba adalah dari sekitar Rp96,7 miliar (semester I/2019) menjadi Rp117,7 miliar (semester I/2020) sehingga justru laba bersih kita seharusnya naik 21,7 persen," ungkapnya kepada Bisnis, Senin (27/7/2020).
Di sisi lain, PT Unilever Indonesia Tbk. (UNVR) dalam rilis persnya pekan lalu, mengklaim mampu membukukan penjualan bersih sebesar Rp21,77 triliun, tumbuh 1,5 persen year-on year pada periode 6 bulan pertama tahun ini.
Namun, hal ini juga berarti, penjualan pada periode kuartal kedua hanya sebesar Rp10,6 triliun, menurun 1,6 persen secara tahunan dan anjlok 4,8 persen secara kuartalan.
Analis Ciptadana Sekuritas Muhammad Fariz mengatakan, berkaca pada data yang disampaikan Unilever, salah satu motor penggerak sektor konsumer, penurunan penjualan pada kuartal kedua tahun 2020 tak lain disebabkan oleh segmen food and refreshment. Namun, secara umum, kinerja emiten berkode saham UNVR masih cukup stabil di tengah pandemi Covid-19.
Fariz memberikan gambaran, penurunan daya beli masyarakat dan realisasi bujet untuk pemulihan ekonomi dari pemerintah belum terserap dengan optimal pada semester pertama tahun ini.
“Harusnya bisa U turn cepat (untuk emiten konsumer) kalau realisasi budget pemerintah bisa di-disburse dengan optimal di semester kedua,” ujar Fariz kepada Bisnis, Senin (27/7/2020).
Apalagi jika pencairan gaji ke-13 aparatur sipil negara (ASN) yang mungkin akan terealisasi dalam waktu dekat, Fariz mengungkapkan bahwa segmen menengah ke bawah bisa jadi lebih cepat pulih untuk ke depannya.
Karenanya, ia lebih menjagokan saham emiten konsumer PT Indofood Sukses Makmur Tbk. (INDF) dan PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. (ICBP) dengan target masyarakat menengah ke bawah ditambah dengan harga sahamnya yang dinilainya masih sangat atraktif pasca pengumuman akuisisi dengan Pinehill Company Limited.
Baca Juga : Bagi Dividen Rp26,09 Triliun, Indofood CBP (ICBP) dan Indofood (INDF) Siap Kucurkan Tambahan |
---|
“Target harga Rp11.900 untuk ICBP, Rp8.425 untuk INDF,” ungkapnya.
Di sisi lain, analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama merekomendasikan beli saham emiten rokok PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP), PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dengan target harga Rp2.550 dan Rp66.125 untuk jangka panjang.
Sementara itu, ia juga merekomendasikan beli saham UNVR yang secara teknikal menurutnya sudah dalam posisi uptrend dengan estimasi target harga jangka panjang pada level Rp10.175.