Bisnis.com, JAKARTA— PT Soechi Lines Tbk. tengah membahas kemungkinan skema refinancing untuk sindikasi yang akan jatuh tempo pada 2021.
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2020, Soechi Lines memiliki pinjaman sindikasi yang akan jatuh tempo pada 2021. Emiten berkode saham SOCI itu meneken perjanjian sindikasi pada 16 Agustus 2016.
SOCI dan co-borrower menerima fasilitas kredit berupa pinjaman sindikasi dimana Standard Chartered Bank (SCB) sebagai Facility Agent dan PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. (BMRI) sebagai Security Agent.
Jumlah plafon untuk pinjaman sindikasi adalah senilai US$180 juta. Nilai itu terdiri atas US$130 juta untuk term facility commitment (TFC) dan US$50 juta untuk revolving facility commitment (RFC).
Dalam laporan keuangan kuartal I/2020, Manajemen SOCI menjelaskan bahwa SCB sebagai facility agent mengkonfirmasi bahwa pinjaman RFC hanya diwajibkan dilunasi pada periode berakhirnya pinjaman 16 Agustus 2021. Selain itu, Grup memiliki hak untuk menarik kembali atau meminjam kembali RFC selama availability period sehingga pinjaman RFC dicatat sebagai pinjaman jangka panjang.
Adapun, fasilitas kredit tersebut juga merupakan co-borrower dengan PT Armada Maritime Offshore (AMO), PT Multi Ocean Shipyard (MOS), PT Putra Utama Line (PUL), PT Sukses Maritime Line (SML), PT Sukses Osean Khatulistiwa Line (SOKL), dan PT Selaras Pratama Utama (SPU).
Baca Juga
Investor Relations Soechi Lines Monalisa mengatakan perseroan selalu aktif dalam melakukan monitor terhadap seluruh kewajiban perseroan baik jangka pendek maupun jangka panjang.
“Kami sudah bicarakan dengan bank-bank dari sindikasi sebelumnya, kemungkinan besar akan refinancing menggunakan skema kurang lebih sama dengan bank-bank ekisting,” jelasnya dalam paparan publik secara daring, Jumat (24/7/2020).
Berdasarkan laporan keuangan kuartal I/2020, SOCI mengantongi pendapatan US$35,73 juta. Realisasi itu turun dari US$40,29 juta periode yang sama tahun lalu.
Dari situ, perseroan membukukan laba bersih US$970.946 per 31 Maret 2020. Pencapaian itu turun dari US$6,16 juta pada kuartal I/2019.
Monalisa menjelaskan bahwa penurunan laba bersih pada kuartal I/2020 akibat beban depresiasi. Hal itu sejalan dengan selesainya pengembangan galangan kapal.
“Ada beban-beban depresiasi yang harus kami bukukan pada kuartal I/2020 dibandingkan dengan kuartal I/2019 mengakibatkan laba bersih menurun pada kuartal I/2020,” jelasnya.