Bisnis.com, JAKARTA —Pergerakan harga saham emiten start-up dan teknologi di Bursa Efek Indonesia masih bervariasi dan cenderung belum dapat mencerminkan kinerja industrinya.
Dari sejumlah emiten start up dan teknologi yang dipantau Bisnis, hanya saham PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk. (CASH) yang mempertahankan penguatan sejak tercatat di BEI pada 4 Mei 2020.
Pada akhir perdagangan Kamis (23/7/2020), hampir seluruh emiten start-up bergerak di zona merah sejak awal tahun. Hal itu beriringan dengan pelemahan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sebesar 18,33 persen year-to-date.
Saham emiten Grup Kresna yaitu PT Digital Mediatama Maxima Tbk. (DMMX) dan PT Telefast Indonesia Tbk. terpantau mencatatkan pelemahan paling minimal dibandingkan yang lainnya masing-masing turun 2,25 persen dan 10,26 persen.
Di sisi lain, emiten solusi voice berbasis IP yang go public pada 2019 yaitu PT Jasnita Telekomindo Tbk. (JAST) tertekan paling dalam sebesar 93,89 persen ytd.
Kendati belum mampu berbalik ke teritori positif, beberapa saham dari kelompok start up ini ada yang berhasil membalikkan posisi dengan penguatan lebih dari 100 persen sejak tiga bulan terakhir.
Saham DMMX melejit 277,78 persen dalam tiga bulan, diikuti oleh saham PT M Cash Intergrasi Tbk. (MCAS) yang mencetak penguatan 112,87 persen dan saham PT Distribusi Voucher Nusantara Tbk. (DIVA) yang terapresiasi 111,11 persen.
Dari kelompok saham yang baru bergabung tahun ini, hanya saham PT Cashlez Worldwide Indonesia Tbk. (CASH) yang menguat 61,42 persen sejak diperdagangkan pada 4 Mei 2020.
Sementara saham emiten penyedia solusi teknologi finansial PT Indosterling Technomedia Tbk. (TECH) melemah 17,5 persen sejak tercatat di BEI pada 4 Juni 2020.
Adapun saham PT Tourindo Guide Indonesia Tbk. (PGJO) tidak dapat diperjual-belikan karena tercatat di papan akselerasi.