Bisnis.com, JAKARTA – Harga perak melonjak ke level tertinggi dalam hampir tujuh tahun dan emas selangkah lebih dekat untuk mengukir sejarah baru di tengah prospek stimulus lebih lanjut untuk membantu ekonomi global pulih dari dampak pandemi Covid-19.
Perak melonjak lebih dari 8 persen pada perdagangan Rabu (22/7/2020), kenaikan terbesar sejak Maret, dan telah mendapat dorongan tambahan dari kekhawatiran seputar pasokan juga optimisme tentang rebound permintaan industri.
Kepemilikan dalam exchange-traded funds (ETF) berbasis perak mencatat rekor, sementara kepemilikan ETF berbasis emas membukukan kenaikan terbesar sejak pertengahan Juni pada Selasa (21/7/2020).
Berdasarkan data Bloomberg, harga perak untuk pengiriman September di bursa Comex melonjak 8,3 persen menjadi US$23,35 per ounce, level tertinggi untuk kontrak teraktif sejak 2013, dan diperdagangkan di US$23,144 pukul 1.26 siang waktu New York.
Logam mulia tersebut telah menguat sekitar 29 persen sepanjang tahun ini dan mengalami kinerja terbaik dalam Bloomberg Commodity Index.
Sementara itu, harga emas untuk pengiriman Agustus di bursa Comex naik 1,1 persen menjadi US$1.865,10, kian mendekati rekor level tertinggi US$1.923,70 yang dicatatkan pada 2011. Harga palladium dan platinum juga naik di New York Mercantile Exchange.
Baca Juga
“Ini adalah pasar musim panas dengan likuiditas rendah yang khas dimana harga cenderung lebih mudah didorong, terutama ketika momentum sesuai dengan dukungan,” kata Kepala strategi komoditas di Saxo Bank A/S Ole Hansen.
“Semakin dekat emas ke rekornya, semakin kuat medan magnetnya dan itu bisa membuatnya menantang level tersebut dalam waktu tak lama,” tambahnya, seperti dilansir dari Bloomberg.
Perak juga dipandang akan terus melaju selama mendapat dukungan dari emas yang lebih tinggi, dolar AS yang lebih lemah, dan spekulasi untuk lebih banyak permintaan industri.
Investor telah berbondong-bondong memburu logam mulia tersebut seiring dengan melonjaknya permintaan untuk aset lindung nilai di tengah kebangkitan kasus Covdi-19, perlambatan pertumbuhan, suku bunga riil negatif di AS, meluasnya ketegangan politik, dan dolar AS yang lebih lemah.
Sejumlah besar stimulus yang dikeluarkan oleh pemerintah dan bank sentral negara-negara di dunia juga telah membantu pergerakan harga.
Setelah para pemimpin Uni Eropa menyepakati paket stimulus senilai 750 miliar euro, fokus investor beralih pada negosiasi di Washington tentang rencana stimulus lebih lanjut untuk menopang perekonomian Amerika.
Investor juga mencermati eskalasi ketegangan AS-China setelah Negeri Tirai Bambu bersumpah untuk melakukan pembalasan atas perintah AS untuk menutup kantor konsulatnya di Houston.
“Dalam jangka pendek, arahnya [harga] masih ke atas,” tutur analis Commerzbank AG Carsten Fritsch, tentang emas dan perak.
“Anda melihat bahwa harga terus bergerak lebih tinggi. Mungkin ada beberapa penurunan, tetapi ini hanya berlangsung singkat dan berumur pendek yang dapat digunakan sebagai peluang pembelian,” imbuhnya.