Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Dari Politik hingga Harga Minyak, Tekanan untuk Ringgit Malaysia Makin Kencang

Ringgit Malaysia telah menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di Asia sepanjang tahun ini dan tantangan yang dihadapinya masih jauh dari kata selesai.
Bendera Malaysia di pusat bisnis Kuala Lumpur,/Bloomberg/Joshua Paul
Bendera Malaysia di pusat bisnis Kuala Lumpur,/Bloomberg/Joshua Paul

Bisnis.com, JAKARTA – Ringgit Malaysia telah menjadi salah satu mata uang berkinerja terburuk di Asia sepanjang tahun ini dan tantangan yang dihadapinya masih jauh dari kata selesai.

Tekanan politik dan ekonomi telah memukul nilai tukar ringgit sementara rebound harga minyak mentah menjadi salah satu dari beberapa faktor pendukung untuk negara pengekspor minyak ini.

Namun, risiko penurunan harga minyak meningkat di tengah rencana koalisi OPEC+ (Organisasi Negara Pengekspor Minyak Mentah dan aliasinya) untuk mengurangi penurunan produksi. Hal ini membuat ringgit rentan terhadap pelemahan melampaui level support 4,23-4,25 per dolar AS.

"Kami ragu-ragu dalam berbalik bullish untuk ringgit,” kata Kepala riset valas Asean dan Asia Selatan di Standard Chartered Bank Plc. Divya Devesh, seperti dilansir Bloomberg. Dia memperkirakan ringgit akan ambrol ke level 4,30 per dolar AS pada akhir kuartal ini.

Dengan harga minyak terombang-ambing, perhatian pasar akan tertuju pada rilis data inflasi Malaysia pekan ini yang diperkirakan akan tetap berada di wilayah deflasi untuk bulan keempat.

Prospek tersebut diperkirakan akan membebani ringgit, karena membuka peluang untuk penurunan suku bunga lebih lanjut, terutama karena Bank Negara Malaysia telah memperingatkan risiko penurunan ekonomi pada pertemuan kebijakan awal bulan ini.

Sementara itu, ketidakpastian politik telah menjadi hambatan untuk ringgit sejak Mahathir Mohamad tiba-tiba mengundurkan diri sebagai Perdana Menteri awal tahun ini.

Posisi Mahathir kemudian digantikan oleh Muhyiddin Yassin. Tapi, cengkeraman Yassin pada kekuasaan masih tampak lemah setelah ia secara tipis memenangkan pemilihan parlemen.

Tekanan untuk ringgit tidak berhenti di situ. Mata uang Negeri Jiran juga terbebani oleh kekhawatiran bahwa FTSE Russell dapat mengecualikan Malaysia dari Indeks Obligasi Pemerintah Dunia pada bulan September, setelah diabaikan dari daftar pantauannya karena isu aksesibilitas pasar.

Tahun lalu, Goldman Sachs Group Inc. memperkirakan bahwa pengecualian ini dapat menyebabkan arus keluar senilai US$5 miliar hingga US$6 miliar dalam basis satu kali.

Di sisi lain, pelemahan dolar AS dapat memberi dukungan kepada ringgit karena kabar pemulihan ekonomi global yang lebih baik dari perkiraan dan berita positif tentang pengembangan vaksin virus Corona.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper