Bisnis.com, JAKARTA – Investor asing tercatat melakukan net buy terhadap saham PT Astra Internasional Tbk. (ASII) dan PT Bank Central Asia Tbk. (BBCA) pada perdagangan Kamis (16/7/2020).
Namun demikian, investor asing cenderung melakukan net sell terhadap sejumlah saham BUMN.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup emnguat 0,44 persen menuju 5.098,37. Investor asing tercatat melakukan net buy Rp123,76 miliar.
ASII mencatatkan net buy terbesar senilai Rp201 miliar, dan sahamnya menguat 1,94 persen menuju Rp5.250. Selanjutnya, net buy saham BBCA sebesar Rp71,3 miliar, dan sahamnya naik 0,49 persen menjadi Rp30.900.
Sementara itu, posisi ketiga net buy terbesar ditempati PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. Rp44,2 miliar, posisi keempat PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) Rp28,1 miliar, dan kelima PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk. (CPIN) Rp23,7 miliar.
Selain itu, investor asing juga tercatat melakukan pelepasan pada ketiga saham bank plat merah. PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk. (BBNI) memimpin daftar net sell Rp40,8 miliar. Selanjutnya, PT Bank Rakyat Indonesia Tbk. (BBRI) net sell Rp25 miliar
Baca Juga
Sementara itu, PT Pemeringkat Efek Indonesia (Pefindo) menyebut hanya sektor perbankan yang dapat stabil pada masa pandemi Covid-19 dibandingkan perusahaan jasa keuangan lainnya.
Adapun, Pefindo telah menurunkan sejumlah rating dan outlook perusahaan di sektor jasa keuangan sejak awal tahun. Pasalnya, pandemi Covid-19 menyebabkan likuiditas di perusahaan-perusahaan tersebut tertekan.
Danan Dito, Analis Div. Pemeringkatan Jasa Keuangan Pefindo, menjelaskan bahwa sektor perbankan dianggap paling stabil di antara perusahaan sektor jasa keuangan lainnya pada masa pandemi. Pasalnya, perbankan di Indonesia paling banyak mendapat bantuan likuiditas dari pemerintah.
“Perbankan ini kan masuk ke banyak sektor. Saat ini perbankan mendominasi, walaupun ada tekanan terhadap institusi tertentu, kami pandang masih cukup stabil,” kata Dito melalui konferensi pers virtual, Kamis (16/7/2020).
Dito menegaskan bahwa seluruh sektor jasa keuangan sebenarnya terdampak oleh pandemi. Mayoritas perusahaan mengalami penurunan likuiditas dari sisi arus kas. Hal itu melemahkan kemampuan perusahaan dalam memenuhi kewajibannya, sehingga Pefindo menurunkan peringkat dan outlook-nya.