Bisnis.com, JAKARTA – Bursa Asia melemah pada perdagangan pagi ini, Kamis (16/7/2020), pascarilis serangkaian data ekonomi di China yang menunjukkan bahwa jalur pemulihan ekonomi akibat pandemi Covid-19 tidak merata.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks Topix Jepang turun 0,3 persen pukul 11.27 pagi waktu Tokyo, Shanghai Composite China melorot 1,3 persen, Hang Seng Hong Kong turun tajam 1,1 persen, dan S&P/ASX 200 Australia terkoreksi 0,4 persen.
Pada saat yang sama, kontrak berjangka indeks S&P 500 AS turun 0,5 persen dan kontrak berjangka Stoxx 50 Euro melemah 0,9 persen.
Kendati ekonomi China mampu kembali mencatat pertumbuhan positif pada kuartal kedua, penjualan ritel tetap terkontraksi sehingga menyoroti betapa kepercayaan konsumen tetap rapuh.
Produk domestik bruto (PDB) China dilaporkan berekspansi 3,2 persen pada kuartal II/2020 dari tahun sebelumnya. Tak hanya lebih baik dari dari proyeksi median sebesar 2,4 persen, capaian tersebut memutar balik kontraksi sebesar 6,8 persen pada kuartal I/2020.
Meski demikian, PDB China masih turun 1,6 persen pada semester I/2020 dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2019.
Baca Juga
Laporan yang sama menunjukkan produksi industri meningkat 4,8 persen, penjualan ritel menyusut 1,8 persen, dan investasi aset tetap turun 3,1 persen pada paruh pertama tahun ini.
“Masalahnya adalah [pemulihan] masih tidak merata, ketika kegiatan perekonomian kembali dibuka,” ujar Kepala ekonom China di Bank of America Corp. Helen Qiao.
“Sulit untuk melihat bagaimana China dapat tetap pada pijakan yang kuat saat seluruh dunia masih menghadapi resesi yang sangat dalam,” tambahnya.
Jalan panjang ke depan untuk pemulihan global yang penuh kontras dengan gelombang optimisme di pasar keuangan awal pekan ini akibat progres dalam pengembangan vaksin.
Berbanding terbalik dengan pergerakan pasar saham, Bloomberg Dollar Index naik setelah turun 0,3 persen pada Rabu (15/7/2020), euro diperdagangkan di US$1,1404, dan nilai tukar yen bergerak di level 106,96 per dolar AS.