Cari berita
Bisnis.com

Konten Premium

Bisnis Plus bisnismuda Koran Bisnis Indonesia tokotbisnis Epaper Bisnis Indonesia Konten Interaktif Bisnis Indonesia Group Bisnis Grafik bisnis tv

Akibat Covid-19, Produsen Tembaga di Chili Setop Operasi Sementara

Tambang ditutup sementara karena serikat pekerja meminta karantina setelah para penambang diketahui jatuh sakit.
Pandu Gumilar
Pandu Gumilar - Bisnis.com 02 Juli 2020  |  16:18 WIB
Akibat Covid-19, Produsen Tembaga di Chili Setop Operasi Sementara
Tembaga. - Bloomberg

Bisnis.com, JAKARTA – BHP Group mengumumkan pengurangan sementara produksi tembaga di Chili akibat dampak pandemi virus corona (Covid-19). Chili adalah salah satu produsen tembaga terbesar di dunia.

Melansir dari Bloomberg, pengurangan produksi akibat serikat pekerja di Chili mendorong kondisi yang lebih aman karena lebih banyak pekerja jatuh sakit di tengah pandemi virus corona.

Infeksi Covid-19 mulai meledak di Chili enam minggu lalu, dalam kebijakan anyar BHP mengatakan perseroan  akan secara signifikan mengurangi kegiatan dan memangkas tenaga kerja.

Keputusan itu telah memicu kekhawatiran para investor karena khawatir penghasil tembaga lain tidak dapat mempertahankan produksi pada tingkat yang tinggi di tengah penyebaran virus.

Dalam perdagangan di Sydney, saham BHP turun 0,9 persen pada 10:53 waktu setempat sedangkan indeks saham gabungan Australia naik 0,5 persen. Tambang Cerro Colorado milik BHP Group di Chili memproduksi 71.700 ton tahun lalu, lebih kecil dari Escondida perusahaan tambang, yang menghasilkan 1,2 juta ton.

Langkah itu mengikuti keputusan perusahaan milik negara Chili, Codelco untuk berhenti melebur tembaga di Chuquicamata. Kekhawatiran pasokan telah mendorong harga kembali ke atas US$6.000 per ton di London Metal Exchange.

Pada hari Kamis, (2/7/2020) tepat tiga bulan harga tembaga naik sebanyak 0,6 persen menjadi $ 6.099,50, dengan patokan sekarang hampir menghapus kerugian tahun-ke-tanggal.

Di sisi lain, terjadi peningkatan ketegangan tenaga kerja. Sebuah kelompok serikat pekerja berunjuk rasa meminta pemerintah untuk menghentikan operasi tambang selama 14 hari kerja dan melakukan karantina. 

Mereka memilih tidak memasukkan permintaan itu dalam surat ke kementerian pertambangan untuk mencari aturan keselamatan yang lebih ketat dan transparansi yang lebih besar.

Hingga saat ini, industri pertambangan tembaga terus beroperasi dengan pengurangan staf dan menunda kegiatan seperti pemeliharaan dan pemindahan tanah dalam persiapan untuk output di masa depan.  Tetapi dengan Chili menjadi pusat virus baru, pihak berwenang telah memperketat pembatasan pada pergerakan masyarakat.

Pada hari Rabu, tujuh serikat buruh mewakili sekitar 80 persen pekerja tambang dan kontraktor meminta pemerintah untuk mendirikan gugus tugas untuk meningkatkan perlindungan. 

Ratusan pekerja yang sakit dan sembilan kematian adalah bukti bahwa kesinambungan operasi lebih diprioritaskan daripada keselamatan, kata mereka dalam surat kepada menteri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News

Simak berita lainnya seputar topik artikel ini, di sini :

komoditas tembaga covid-19
Editor : Rivki Maulana

Artikel Terkait



Berita Lainnya

    Berita Terkini

    back to top To top