Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) dibuka melemah mengikuti tren bursa global yang tertekan karena peningkatan angka kematian akibat virus Covid-19.
Pada perdagangan Senin (29/6/2020), IHSG dibuka melemah 0,17 persen atau 8,41 poin menjadi 4.895,67. Terpantau 66 saham menguat, 119 saham melemah, 125 saham stagnan.
Sebelumnya, IHSG menutup akhir pekan lalu dengan naik 0,150 persen atau 7,358 poin ke level 4.904,088. Kapitalisasi pasar tercatat senilai Rp5.694,460 triliun.
Sisanya, IHSG harus berjibaku di zona merah dan mengakhiri sesi dengan pelemahan. Koreksi bahkan sempat mencapai 1,370 persen ke level 4.896,730 pada sesi Kamis (25/6/2020).
Faktor meningkatnya kasus gelombang kedua Covid-19 di sejumlah negara menjadi penekan bursa saham global tidak terkecuali Indonesia. Selain itu, proyeksi Dana Moneter Internasional (IMF) terkait resesi yang jauh lebih dalam pada 2020 serta pemulihan lebih lambat turut menjadi sentimen negatif.
IMF memprediksi produk domestik bruto (PDB) global akan menyusut 4,9 persen tahun ini atau lebih dalam dari proyeksi 3 persen yang dikeluarkan April 2020. Adapun, IMF memproyeksikan pertumbuhan hanya 5,4 persen pada 2021 atau turun dari prediksi sebelumnya 5,8 persen.
Baca Juga
Prediksi itu menutupi katalis positif dari dalam negeri terkait rencana pemerintah melakukan penempatan dana Rp30 triliun di bank himpunan milik negara (Himbara) yang sebelumnya ditempatkan di Bank Indonesia (BI).
Sementara itu, Bursa Asia dan indeks berjangka AS mengawali pekan dengan melorot ke zona merah. Hal tersebut terjadi setelah angka kematian akibat pandemi virus corona menyentuh setengah juta orang.
Dilansir dari Bloomberg pada Senin (29/6/2020), indeks Kospi Korea Selatan dibuka terkoreksi sebesar 1,62 persen yang disusul oleh S&P/ASX200 yang melemah 0,82 persen.
Sementara itu, indeks Topix Jepang turun 1,3 persen yang diikuti oleh kontraksi indeks berjangka S&P 500 sebesar 0,3 persen hingga pukul 09.01 waktu Tokyo, Jepang.
Pada perdagangan hari ini, investor akan memperhatikan sentimen risk-off angka kasus positif virus corona yang telah mencapai 10 juta jiwa di seluruh dunia. Hal tersebut juga diikuti oleh lonjakan kasus di beberapa negara bagian Amerika Serikat seperti Texas, Arizona, dan Florida.
Di sisi lain, perusahaan industri di China melaporkan kenaikan pendapatan bulanan untuk pertama kalinya sejak November 2019 lalu.Presiden dan CEO PGIM Inc.,David Hunt mengatakan pemulihan ekonomi akan berjalan lebih lambat dan tidak merata.
Sementara itu, People's Bank of China mengatakan pihaknya akan mengeluarkan kebijakan moneter baru guna memastikan likuiditas pada ekonomi riil.Bank sentral China tersebut mengatakan akan menambah porsi pinjaman untuk usaha kecil, kredit, dan manufaktur.
Selain itu, mereka juga berkomitmen untuk menjaga tingkat suku bunga yang rendah serta menjaga nilai tukar mata uang Yuan tetap stabil.