Bisnis.com, JAKARTA - Emiten pelayaran PT Buana Lintas Lautan Tbk (BULL) mencatatkan kenaikan laba bersih hingga 380,48 persen pada kuartal I/2020.
Berdasarkan keterangan resmi perseroan di laman Bursa Efek Indonesia, Kamis (25/6/2020), BULL mencatatkan laba bersih sebesar US$19,7 juta berbanding dengan US$4,1 juta pada kuartal I/2019.
Hasil tersebut juga didukung oleh kenaikan pendapatan usaha sebesar 84,18 persen. Pada kuartal I/2020, BULL mencatatkan pendapatan sebesar US$43,1 juta, jauh diatas penerimaan pada periode yang sama tahun sebelumnya yakni senilai US$23,4 juta.
Direktur Utama BULL Kevin Wong mengatakan, peningkatan kinerja ditopang oleh pertumbuhan armada sebanyak 13 kapal tanker tambahan dengan margin lebih tinggi. Selain itu, peningkatan kontribusi dari pasar internasional dengan margin tinggi.
Ia melanjutkan, sepanjang 2019 perusahaan juga menerima delapan kapal tambahan. Meskipun kapal-kapal tersebut tidak sepenuhnya berkontribusi di kuartal I/2019, tambahan armada tersebut beroperasi penuh di kuartal I/2020.
“Kami juga membeli lima kapal lainnya di kuartal pertama 2020, yang beroperasi secara bertahap di periode yang sama 2020,” ujarnya.
Baca Juga
Selain itu, rata-rata pendapatan time charter equivalent (TCE) untuk seluruh segmen kapal tanker BULL meningkat karena diversifikasi usaha yang merambah pasar internasional. Dalam 20 tahun terakhir, rerata pendapatan TCE untuk segmen kapal tanker utama BULL di pasar internasional 52 persen lebih tinggi dari pasar domestik.
Pada kuartal I/2020, kontribusi pendapatan TCE BULL dari pasar internasional meningkat menjadi 35 persen dari sebelumnya di kisaran 20 persen. Selain itu, di pasar kapal tanker internasional, tingkat harga TCE untuk kapal tanker berukuran Long Range 2 (LR2) dan handy-sized rata-rata meningkat sebesar 21,5 persen.
Kenaikan tingkat TCE untuk segmen kapal tanker BULL dipengaruhi oleh 3 faktor, yaitu tingkat pemesanan kapal baru yang rendah, kenaikan permintaan, dan penurunan pasokan. Tingkat pemesanan kapal baru yang sedang dalam konstruksi (new buildings) berada pada tingkat terendah dalam 20 tahun terakhir.
“Artinya, tidak banyak kapal tanker baru yang akan menambah armada tanker dunia,” lanjutnya.
Pada saat yang sama, permintaan untuk kapal tanker minyak meningkat karena jarak transportasi yang lebih jauh dan adanya disrupsi akibat implementasi peraturan IMO 2020 yang membutuhkan bahan bakar yang lebih bersih untuk semua jenis kapal.