Bisnis.com, JAKARTA – PT Indopoly Swakarsa Industry Tbk. (IPOL) tidak akan membagikan dividen tunai kepada pemegang sahamnya untuk laba bersih tahun buku 2019.
Keputusan tersebut disetujui oleh mayoritas pemegang saham Indopoly dalam Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan (RUPST) yang digelar pada Rabu (24/6/2020).
Berdasarkan publikasi keterangan resmi perseroan, pemegang saham emiten plastik dan kemasan tersebut menyetujui pelaporan laba bersih sebesar US$4,22 juta pada tahun lalu.
Investor Relations Manager Fransiska Putri mengatakan pembagian laba bersih pada 2019 akan dialokasikan untuk cadangan wajib sebesar US$100 ribu dan sisanya yakni US$4,1 juta sebagai laba ditahan.
“Tahun 2020 tidak ada pembagian dividen karena laba untuk future investment yang belum bisa diungkap karena masih rencana,” ujarnya kepada Bisnis, Rabu (24/6/2020).
Untuk diketahui, Indopoly mencatatkan penyusutan laba bersih sebesar 13,02 persen secara tahunan menjadi US$4,22 juta sepanjang tahun 2019. Hal ini sejalan dengan pendapatan perseroan yang juga ikut menurun 3,93 persen year-on-year dari semula US$211,57 juta menjadi US$203,26 juta.
Tingginya beban usaha dan beban keuangan, membuat persentase penurunan laba bersih perseroan jauh lebih besar dibandingkan dengan pendapatannya.
Sebagai catatan, Indopoly pada tahun sebelumnya menetapkan nilai dividen tunai yang dibayarkan kepada pemegang saham sebesar US$1,34 juta atau setara dengan Rp3 per saham. Jumlah dividen tunai ini setara dengan rasio pembayaran dividen 27,57 persen dari laba bersih sebesar US$4,85 juta pada 2018.
Adapun, sisa laba bersih ditetapkan sebagai dana cadangan sebesar US$100 ribu dan laba ditahan sebesar US$3,42 juta dengan catatan bahwa laba bersih perseroan meningkat 130,95 persen secara tahunan menjadi US$4,85 juta pada 2018.
KINERJA PERSEROAN
Lebih lanjut, Fransiska menyatakan bahwa produsen plastik kemasan Indomie tersebut belum mengkaji rencana ekspansi fasilitas produk pada tahun ini.
“Pengembangan produk baru telah dilakukan, dan fokusnya adalah mengembangkan produk yang dapat menggantikan fungsi dari aluminium foil dalam produk kemasan,” sambungnya.
Dalam waktu dekat, perseroan pun belum berencana melakukan aksi korporasi. Namun diharapkan, kinerja pada tahun ini akan sama atau lebih baik dari tahun 2019 lalu.
Dengan begitu, perseroan menganggarkan belanja modal riset dan pengembangan (research and development capex) sebesar US$1,1 juta dibarengi dengan belanja modal pemeliharaan rutin (maintenance capex) sebesar US$1,5 juta yang bersumber dari dana bank dan internal.
Dalam penjelasannya, Fransiska juga menyebutkan energi gas tidak memiliki peranan besar terhadap produksi perseroan sehingga tidak akan berpengaruh pada penurunan beban produksi ke depannya.
Terakhir, Indopoly juga mengungkap saat ini memiliki kapasitas produksi 100.000 ton per tahun dengan mesin bekerja 24 jam dalam sehari dan 7 hari dalam seminggu.
Fasilitas produksi tersebar di; Purwakarta, Jawa Barat, Indonesia dengan kapasitas produksi 65.000 ton per tahun, Suzhou, Jiangsu, Tiongkok dengan kapasitas produksi 25.000 ton per tahun, dan Kunming, Yunnan, Tiongkok dengan kapasitas produksi 10.000 ton per tahun.