Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Emiten Perbankan Dinilai Punya Prospek Paling Menarik, Kenapa Ya?

Valuasi emiten saham perbankan dinilai masih murah sehingga layak dikoleksi. Di samping itu, kinerja fundamental emiten juga diprediksi masih solid.
Ilustrasi Bank/Istimewa
Ilustrasi Bank/Istimewa

Bisnis.com, JAKARTA – Emiten big caps atau emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo masih punya prospek menjanjikan menjelang akhir periode kuartal II/2020 yang akan jatuh satu pekan mendatang. 

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan kinerja emiten-emiten big caps masih akan positif kendati harga saham tertekan. Dia menyebut, emiten di sektor telekomunikasi dan konsumer seperti Telkom dan Indofood CBP diyakini bisa mendulang kinerja moncer pada kuartal II/2020.

Frankie beralasan, pandemi Covid-19 yang membuat aktivitas masyarakat terpaku di rumah memicu peningkatan layanan data untuk kebutuhan streaming dan aneka kebutuhan lainnya. 

Kendati demikian, dia menilai sektor perbankan memiliki prospek paling menjanjikan di antara jajaran emiten big caps. Dia menilai emiten perbankan mengalami diskon harga paling besar dibandingkan emiten big caps lainnya sehingga valuasi emiten-emiten tersebut sangat menarik.

Dia mencontohkan harga saham Bank Mandiri yang saat ini mencapai Rp4.880 per saham, telah terkoreksi 36,42 persen secara tahun berjalan, Dari sisi valuasi, saham emiten berkode BMRI itu hanya diperdagangkan pada level 1,31x Price to Book Value (PBV).

Padahal pada periode kuartal I/2020, perseroan masih mampu mencatatkan pertumbuhan laba setelah pajak sebesar 9,44 persen menjadi Rp7,74 triliun. Dengan demikian, menurutnya penurunan harga saat ini tidak sejalan dengan fundamental perusahaan.

Frankie menyebut, kinerja pada kuartal II/2020 diperkirakan turun seiring dengan meluasnya dampak Covid-19. Namun, dia optimistis sektor perbankan memiliki kans besar untuk bangkit lebih cepat saat ekonomi memasuki masa pemulihan.

“Pada kuartal I/2020 emiten perbankan masih mencatatkan pertumbuhan, memang mungkin akan melambat tetapi dengan telah dibukanya kembali ekonomi akan mengurangi dampak penurunan ekonomi terhadap sektor perbankan,” jelasnya kepada Bisnis, Jumat (19/6/2020).

Dengan demikian dia menetapkan sektor perbankan sebagai pilihan terbaik di antara emiten big caps lainnya. Secara spesifik, dia menjagokan saham BMRI dan BBRI sebagai pilihan terbaik saat ini.

Untuk diketahui, dari seluruh emiten yang melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI), 10 emiten berkapitalisasi paling besar di antaranya berasal dari sektor perbankan. Misal,  PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Bank Central Asia Tbk.

BCA menjadi emiten dengan kapitalisasi pasar paling tinggi, mencapai Rp680 triliun atau mencapai 11,9 persen total kapitalisasi pasar BEI yang mencapai Rp5.717 triliun.

Sementara itu, BRI mengekor di posisi kedua dengan kapitalisasi pasar mencapai Rp379 miliar. Kapitalisasi pasar emiten berkode saham BBRI itu mencapai 6,6 persen dari total kapitalisasi pasar BEI.

Selain BCA dan BRI, PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. juga masuk ke dalam jajaran 10 emiten berkapitalisasi paling tinggi di BEI. Per Jumat (19/6/2020), kapitalisasi pasar emiten berkode BMRI itu mencapai Rp225 triliun.

Di luar tiga emiten perbankan itu, tujuh emiten berkapitalisasi besar lainnya berasal dari berbagai sektor berbeda, seperti PT Unilever Indonesia Tbk. dari sektor konsumer, dan PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk.

Selain itu ada pula emiten dari sektor energi dan petrokimia seperti PT Barito Pacific Tbk., dan PT Astra International Tbk. dari sektor industri campuran. Masing-masing emiten ini memiliki kapitalisasi pasar sebesar Rp104 triliun dan Rp198 triliun.

Secara total, kapitalisasi 10 emiten terbesar di BEI mencapai Rp2.646 triliun, atau setara 46,3 persen kapitalisasi pasar BEI. Namun, sepanjang tahun ini, mayoritas emiten ini justru masuk ke dalam jajaran top laggards.

Misal, saham  BCA yang mengalami penurunan harga sebanyak 29,5 persen sepanjang tahun berjalan. Emiten ini memiliki andil paling besar terhadap penurunan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) yang turun 21,55 persen secara tahun berjalan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Rivki Maulana
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper