Bisnis.com, JAKARTA — Emiten dengan kapitalisasi pasar jumbo alias big caps dinilai masih bisa mencetak cuan sepanjang kuartal II/2020 kendati sebagian diprediksi bakal mengalami penurunan laba.
Kinerja emiten big caps diyakini masih solid kendati selama kuartal II/2020 perekonomian diperkirakan mengalami kontraksi akibat pembatasan sosial berskala besar (PSBB) dan sejumlah kebijakan untuk membendung laju penyebaran virus corona (Covid-19). Menteri Keuangan Sri Mulyani sebelumnya menyatakan produk domestik bruto (PDB) akan mengalami kontraksi hingga -3,8 persen pada kuartal II/2020.
Direktur PT Anugerah Mega Investama Hans Kwee mengatakan kinerja para emiten kelas kakap ini akan mengikuti seberapa besar dampak yang menerjang sektor riil selama masa puncak pandemi Covid-19.
Hingga Jumat (19/6/2020), ada sepuluh emiten big caps dengan kapitalisasi pasar Rp104 triliun hingga Rp680 triliun. Posisi pertama masih ditempati PT Bank Central Asia Tbk. dan di urutan kesepuluh adalah PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk.
Dari kesepuluh emiten tersebut, Hans menyebut ada dua emiten yang berpotensi paling cuan di kuartal II/2020, yaitu PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. dan PT Unilever Indonesia Tbk. Kedua sektor yang digeluti emiten tergolong kebal terhadap dampak pandemi.
“Telekomunikasi kan jadi yang paling dibutuhkan selama WFH [work from home], jadi tentu [pendapatannya] baik. Kemudian sektor consumer juga permintaannya selalu tinggi,” tuturnya ketika dihubungi Bisnis, Jumat (19/6/2020).
Emiten lain yang masih bakal cukup moncer adalah produsen rokok HMSP. Seperti barang konsumsi, Hans menilai permintaan akan produk rokok tidak terdampak pandemi sehingga kinerja perseroan diproyeksikan masih akan positif.
Adapun terkait penutupan pabrik HMSP beberapa waktu lalu akibat ada karyawannya yang terjangkit Covid-19, Hans menyebut hal itu tidak akan terlalu berpengaruh signifikan karena fasilitas pabrik lain milik perseroan masih beroperasi.
“Apalagi ada protokol lima hari karantina itu kan, saya rasa mereka cukup baik menghadapi ini,” tambahnya.
Protokol yang dimaksud adalah kebijakan Sampoerna untuk mengkarantina produk mereka selama lima hari sebelum didistribusikan ke pasar. Hal ini untuk mengantisipasi paparan virus Covid-19 pada produk mereka.
Sementara itu untuk emiten perbankan, Hans menilai perbankan juga masih akan mencatatkan laba di kuartal II/2020 ini. Hal ini ditopang oleh suntikan stimulus-stimulus dari pemerintah dan Bank Indonesia.
Namun, kata Hans, besar kemungkinan labanya akan tergerus alias tak sebesar periode sebelumnya. “Bisa laba karena mereka banyak dapat relaksasi kan, tapi pasti tertekan juga,” imbuhnya.
Sementara untuk ASII, Hans mengatakan kinerja emiten satu ini berpotensi cukup tertekan dan sulit membukukan laba mengingat bisnis otomotif sangat lesu selama pandemi berlangsung.
10 Emiten dengan Kapitalisasi Pasar Terbesar | ||
---|---|---|
Emiten | Kode Saham | Kapitalisasi Pasar |
PT Bank Central Asia Tbk. | BBCA | Rp680 triliun |
PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. | BBRI | Rp379 triliun |
PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. | TLKM | Rp325 triliun |
PT Unilever Indonesia Tbk. | UNVR | Rp307 triliun |
PT Bank Mandiri (Persero) Tbk. | BMRI | Rp225 triliun |
PT HM Sampoerna Tbk. | HMSP | Rp201 triliun |
PT Astra International Tbk. | ASII | Rp198 triliun |
PT Chandra Asri Petrochemical Tbk. | TPIA | Rp121 triliun |
PT Barito Pacific Tbk. | BRPT | Rp105 triliun |
PT Indofood CBP Sukses Makmur Tbk. | ICBP | Rp104 triliun |