Bisnis.com, JAKARTA - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berpotensi mengalami koreksi pada perdagangan akhir pekan. Sejumlah saham yang bisa jadi pilihan adalah TLKM, EXCL, SMRA, JSMR, TBIG, ASRI, KAEF, dan SRIL.
Berdasarkan data Bloomberg, indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi 1,25 persen ke level Rp4.925,248 akhir perdagangan, Kamis (18/6/2020). Tercatat, 174 emiten menguat, 240 terkoreksi, dan 279 stagnan.
Sektor saham infrastruktur menjadi penopang pergerakan IHSG dengan menguat 1,26 persen. Sebaliknya, sektor saham keuangan menjadi penekan utama indeks dengan koreksi 1,27 persen.
Investor asing tercatat membukukan net sell atau jual bersih Rp83,09 miliar. Total net sell di seluruh papan perdagangan senilai Rp11,72 triliun secara year to date (ytd).
Direktur Indosurya Bersinar Sekuritas William Surya Wijaya menuturkan gelombang tekanan dalam pola gerak IHSG belum terlihat berakhir dalam waktu dekat. Sentimen dari capital outflow yang telah terjadi sepanjang 2020 serta fluktuasi harga komoditas dan nilai tukar rupiah turut membayangi pergerakan IHSG.
"Momentum koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan sebagai peluang oleh para investor untuk melakukan akumulasi pembelian dengan target jangka pendek, hari ini IHSG berpotensi bergerak melemah dalam rentang 4.837- 5.021," paparnya.
Baca Juga
Sejumlah saham pilihannya adalah TLKM, EXCL, SMRA, JSMR, TBIG, ASRI, KAEF, dan SRIL.
Analis Binaartha Sekuritas Nafan Aji Gusta mengatakan saat ini pasar masih mengkhawatirkan potensi penyebaran Covid-19 gelombang kedua. Selain itu, kondisi Semenanjung Korea yang memanas juga menjadi sorottan.
“Penurunan BI 7-Day Reverse Repo Rate serta perkiraan penurunan tingkat pertumbuhan ekonomi kuartal II/2020 yang dijelaskan dalam RDG BI membuat para pelaku pasar lebih cenderung bersikap wait and see untuk saat ini,” ujarnya.
Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), yang berlangsung pada 17 Juni 2020—18 Juni 2020, memutuskan untuk menurunkan BI 7-Day Reverse Repo Rate (BI7DRR) sebesar 25 bps menjadi 4,25 persen. Sejak Juli 2019, bank sentral telah menurunkan suku bunga acuan sebesar 175 bps.
Di sisi lain, BI juga memperkirakan pertumbuhan ekonomi nasional akan menurun pada kuartal II/2020. Namun, bank sentral melihat dalam perkembangan terkini tekanan mulai berkurang.
BI memperkirakan proses pemulihan ekonomi mulai menguat pada kuartal III/2020. Hal itu sejalan dengan relaksasi pembatasan sosial berskala besar (PSBB) sejak pertengahan Juni 2020 serta stimulus kebijakan yang ditempuh.
BI memproyeksikan pertumbuhan ekonomi Indonesia menurun kisaran 0,9 persen hingga 1,9 persen pada 2020 dan meningkat kembali ke kisaran 5,0 persen hingga 6,0 persen pada 2021. Pendorong laju perekonomian yakni perbaikan ekonomi global dan stimulus kebijakan pemerintah dan bank sentral.