Bisnis.com, JAKARTA – PT Astra International Tbk. menyatakan bahwa penghentian operasi sementara sejumlah pabrik dan dealer di tengah pandemi Covid-19 menjadi penyebab utama rontoknya kinerja penjualan mobil pada Mei.
Pada Mei, penjualan mobil di bawah naungan Grup Astra mencapai 1.102 unit, hanya mencapai sekitar sepertiga angka penjualan pada bulan sebelumnya yang mencapai 3.804 unit.
Sementara itu, total pasar kendaraan roda empat domestik hanya mencapai 3.551 unit pada Mei. Jumlah penjualan secara wholesale ini hanya mencapai sekitar separuh dari penjualan April yang sebesar 7.868 unit.
Secara kumulatif, penjualan Astra pada 2 bulan pertama kuartal II/2020 mencapai 4.906 unit. Adapun, penjualan pasar domestik pada periode tersebut mencapai 11.419.
Tingkat penjualan yang terkoreksi lebih dalam dibandingkan total pasar, membuat pangsa pasar Astra melanjutkan tren penurunan sejak April. Dari April ke Mei, pangsa pasar Astra menurun dari 48 persen ke 31 persen.
Head of Investor Relations Astra International Tira Ardianti menyampaikan penjualan yang sangat rendah pada Mei disebabkan oleh masih penutupan operasi sementara di sejumlah pabrik.
Baca Juga
“Selain itu masih PSBB [Pembatasan Sosial Berskala Besar], banyak dealer yang tutup juga. Kegiatan ekonomi juga terkendala pembatasan yang berlaku, jadi memang April dan Mei, kinerjanya terpukul sekali,” katanya kepada Bisnis, Selasa (16/6/2020).
Dia mengatakan perseroan masih melihat bagaimana kondisi ekonomi dan sosial di era PSBB transisi. Hal ini diyakini akan berdampak positif terhadap penjualan mobil dan ekonomi secara umum, meski tidak akan terlalu signifikan.
“Tantangan kedepan masih berat, kesehatan publik juga menjadi perhatian kita semua, kalau sampai ada second wave kita harus bersiap dengan kemungkinan pembatasan diperketat lagi,” katanya.
Dia menyatakan salah satu komitmen perseroan untuk saat ini adalah untuk berperan aktif dalam menghindari potensi tersebut. Tira menegaskan Grup Astra terus menerapkan protokol pencegahan penyebaran Covid-19 dengan ketat.
Melihat kondisi ini, dia menyatakan perseroan menetapkan proyeksi sejalan dengan perkiraan Gabungan Industri Kendaraan Bermotor Indonesia (Gaikindo) yang sudah merevisi target.
Sebelumnya, Tira juga mengatakan bahwa perseroan mempersiapkan diri untuk perkiraan penurunan penjualan pada tahun ini. Dia memperkirakan, penjualan mobil bisa menurun pada kisaran 30 persen—40 persen terhadap tahun lalu.
Sementara itu, Analis RHB Sekuritas Indonesia Andrey Wijaya menyatakan bahwa penurunan penjualan pada Mei, juga membuat pangsa pasar Astra mencapai level terendah sepanjang satu dekade terakhir.
Namun, dia menyatakan dalam kondisi ini perseroan juga mampu meningkatkan pangsa pasarnya di segmen LCGC, menjadi 69 persen. Selain itu perseroan mampu menjaga pangsa pasar di penjualan ritel sebesar 60 persen.
“Penyegaran pada model Agya dan Ayla pada Maret menjadi salah satu penopang utama Astra di segmen LCGC,” tulisnya dalam riset, dikutip pada Rabu (17/6/2020).
Dia mengatakan bahwa penjualan wholesale diperkirakan akan mencapai titik terbawah pada kuartal II/2020. Namun, setelah itu diperkirakan penjualan akan mulai membaik pada secara bertahap pada kuartal III/2020—kuartal IV/2020.
Dia juga memperkirakan bahwa dalam kondisi itu, mobil dengan kapasitas besar masih akan diminati pasar. Hal ini juga akan diuntungkan karena potensi perubahan perilaku masyarakat pasca-PSBB yang akan lebih memilih kendaraan pribadi dibandingkan transportasi publik.
Andrey juga memperkirakan selama masih ada pandemi Covid-19, aturan maksimum kapasitas penumpang hanya 50 persen akan dipertahankan. Dalam jangka panjang, hal ini akan menguntungkan Astra.
“Astra akan diuntungkan oleh tren ini dalam jangka panjang, karena model sport utility vehicle [SUV] mereka menguasai sekitar 40 persen dari pangsa kendaraan berpenggerak dua roda di Indonesia,” jelasnya.
Dia menyematkan rekomendasi beli untuk saham berkode ASII tersebut, dengan target harga Rp5.250 per saham. Pada perdagangan Selasa (17/6/2020), saham ASII ditutup menguat 4,85 persen ke level Rp4.970 per saham.