Bisnis.com,JAKARTA — Pergerakan nilai tukar rupiah diprediksi akan melemah tipis meski mengawali sesi dengan menguat pada, Jumat (12/6/2020).
Ibrahim Assuaibi, Direktur TRFX Garuda Berjangka menjelaskan bahwa kemarin rupiah ditutup melemah 40 poin di level Rp14.020 dari penutupan sebelumnya di level Rp13.980. Pihaknya memprediksi rupiah masih akan bergejolak pada sesi perdagangan, Jumat (12/6/2020).
“Walaupun dibuka menguat namun ditutup kemungkinan melemah tipis dengan kisaran Rp13.950—Rp14.120,” jelasnya dalam siaran pers yang dikutip Bisnis, Jumat (12/6/2020).
Ibrahim menyebut pelaku pasar sudah memprediksi The Federal Reserve masih akan menahan suku bunga acuan 0 persen—0,25 persen. Posisi itu tidak akan berubah sampai akhir tahun, bahkan diperkirakan berlangsung hingga 2022.
Namun, kecemasan pelaku pasar datang dari proyeksi perekonomian The Fed yang lebih buruk dari sebelumnya. Bank Sentral Amerika Serikat itu memproyeksi ekonomi Negeri Paman Sam terkontraksi 6,5 persen atau jauh memburuk dari pertumbuhan 2 persen sebelumnya.
Selain itu, pengangguran diperkirakan mencapai 9,3 persen. Angka itu juga lebih tinggi dibandingkan dengan perkiraan sebelumnya 3,5 persen.
Di sisi lain, Ibrahim menyoroti kekhawatiran terjadinya hard brexit apabila periode transisi Inggris pada 1 Juli 2020 nanti berakhir tanpa kesepakatan. Uni Eropa telah menyampaikan peringatan keras kepada Inggris terkait hal itu.
Dari dalam negeri, Ibrahim menyebut biang keladi melemahnya nilai tukar rupiah yakni penambahan kasus positif Covid-19 di Indonesia. Apabila tidak segera membaik, menurutnya masalah akan melebar ke sektor ekonomi dan keuangan.
“Dengan bertambahnya pasien, maka prospek ekonomi ke depan bakal tak menentu. Oleh karena itu, wajar kalau pelaku pasar agak takut dan cemas,” jelasnya.