Bisnis.com, JAKARTA – Ketika aksi jual besar-besaran melanda bursa saham Amerika Serikat pada perdagangan Kamis (11/6/2020), hanya satu saham yang berhasil mencetak kenaikan.
Saham operator supermarket, Kroger Co., berakhir di zona hijau dengan menambah kenaikan sebesar 0,4 persen setelah perusahaan jasa finansial BMO menaikkan target harga untuk saham tersebut.
Prestasi saham Kroger sangat kontras dengan indeks S&P 500 yang dihuninya. Indeks saham acuan AS ini berakhir anjlok 5,9 persen di tengah kekhawatiran pasar tentang ancaman gelombang kedua virus Corona (Covid-19) di AS. Lebih dari 60 saham dalam S&P 500 melemah setidaknya 10 persen.
“Penurunan itu sebagian besar dipengaruhi kekhawatiran tentang gelombang kedua [Covid-19], juga kita mendengar The Fed kemarin. Penilaian mereka terhadap ekonomi sedikit lebih lemah dari yang diperkirakan pasar,” terang Wakil Kepala Investasi Amerika di UBS Global Wealth Management Solita Marcelli.
Aksi jual pada Kamis memukul sentimen positif untuk aset beresiko yang telah dibangun selama beberapa pekan ke belakang didukung pembukaan kembali (reopening) kegiatan perekonomian di sejumlah negara bagian.
Namun, tanda-tanda bahwa kasus baru Covid-19 meningkat di beberapa wilayah menghentikan rotasi ini. Maskapai penerbangan dan perusahaan pelayaran berada di antara yang paling terpukul. Saham Norwegian Cruise Line Holdings Ltd. membukukan kinerja harian terburuk dengan anjlok lebih dari 16 persen.
Baca Juga
Sementara itu, pada indeks Nasdaq yang berisikan perusahaan-perusahaan teknologi, saham platform komunikasi virtual Zoom Video Communications, Inc. merupakan satu-satunya yang menguat.
“Seluruh teori bahwa virus [pandemi Covid-19] itu telah berakhir tampak cukup cacat,” kata Kepala Investasi untuk Aliansi Penasihat Independen, Chris Zaccarelli.
“Katalisasinya adalah narasi gelombang kedua, tetapi prasyaratnya adalah saham-saham divaluasi pada titik terbaik dan divaluasi dengan terlalu tinggi pada yang terburuk,” tambahnya, dikutip dari Bloomberg.
Jika dibandingkan dengan kenaikan sebesar 45 persen yang dibukukan S&P 500 sejak akhir Maret, kemerosotan pada Kamis mungkin tak seberapa.
Terlepas dari aksi jual yang menghapus nilai pasar sebesar hampir US$2 triliun ini, valuasi ke depan untuk indeks S&P 500 masih 13 persen lebih tinggi dari bulan Februari, ketika pandemi Covid-19 dimulai.