Bisnis.com, JAKARTA – Nilai mata uang Rupee India telah terkoreksi 2 persen dalam tiga bulan terakhir sekaligus menjadi mata uang terlemah di Asia. Pelemahan ini terjadi di tengah luapan cadangan devisa (cadev) negara yang hampir mencapai US$500 miliar.
Berdasarkan laporan dari Bloomberg pada Kamis (11/6/2020), pelemahan nilai mata uang disebabkan oleh keengganan bank sentral india, Reserve Bank of India (RBI) mengintervensi nilai tersebut meskipun kebanyakan nila mata uang di Asia saat ini telah mengalami penguatan.
Saat ini, nilai mata uang Rupiah memimpin reli positif mata uang Asia. Adapun nilai Rupee saat ini terpantau pada level 75,5950 per dollar AS. Nilai Rupee sempat mencatatkan hasil terendah pada April lalu di level 76,9088 per dollar AS.
Sejumlah analis memperkirakan penambahan cadev yang dilakukan RBI adalah untuk mengantisipasi penurunan peringkat utang India atau untuk memastikan pemerintah mendapat transfer dana surplus yang signifikan. RBI diperkirakan telah mengucurkan US$9 miliar di pasar cadangan devisa selama empat minggu hingga 29 Mei. Dengan pembelian tersebut, cadev India saat ini terpantau di posisi US$493,5 miliar.
“Meski banyak aliran modal asing (capital inflow) yang masuk, nilai Rupee tidak dapat menguat karena pembelian dollar AS besar-besaran yang dilakukan RBI. Ini adalah tanda bahwa RBI melihat aliran dana yang masuk saat ini hanya sementara dan nilai mata uang dapat kembali terkoreksi apabila penguatannya tidak berkelanjutan,” ujar Currency Strategist Kotak Securities Ltd., Anindya Banerjee.
Sementara itu, Chief Executive India Forex Advisors Pvt, Abhishek Goenka mengatakan, pengumpulan cadev yang dilakukan RBI adalah untuk memberikan bantalan kepada ekonomi India dari penurunan peringkat utang dan melonjaknya pinjaman gagal bayar setelah pandemi virus corona yang menghentikan seluruh kegiatan ekonomi.
Baca Juga
“Ada kemungkinan RBI akan tetap membiarkan nilai Rupee melemah hingga akhir Juni untuk meningkatkan neraca keuangan mereka. Hal ini akan menaikkan jumlah keuntungan yang nantinya akan diberikan kepada pemerintah sebagai dividen,” jelasnya.
Pada 1 Juni, lembaga pemeringkat Moody’s memangkas rating utang India ke level investment grade terendah, setara dengan peringkat yang diberikan S&P Global Ratings dan Fitch. Sementara, sejumlah lembaga lain, termasuk UBS Group AG, memperkirakan S&P dan Fitch akan merevisi outlook utang India dari negatif menjadi stable dalam beberapa bulan.
Di sisi lain, pasar modal India mencatatkan pemasukan dana terbesar dari investor asing di wilayah Asia. Pada bulan ini, investor asing telah memborong saham India sebesar US$2,7 miliar dengan harapan pemulihan ekonomi akan berjalan lebih cepat seiring dengan pelonggaran lockdown yang dilakukan pemerintah India.