Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Bukan Keputusan The Fed, Ini Penyebab IHSG Loyo dan Asing Net Sell

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di zona merah dengan koreksi 0,51 persen atau 24,991 poin ke level 4.895,691 pada akhir sesi pertama, Kamis (11/6/2020). Laju indeks amblas dan sempat menyentuh level support 4.812,193
Pengunjung menggunakan smarphone memotret layar monitor yang menampilkan pergerakan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (12/3/2020). Dalam perdagangan saham sesi, Kamis (12/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 5,01 persen ke level 4.895,748 pada pukul 15:33 WIB. Secara otomatis, perdagangan di Bursa Efek Indonesia pun mengalami suspensi. Bisnis/Dedi Gunawan
Pengunjung menggunakan smarphone memotret layar monitor yang menampilkan pergerakan perdagangan harga saham di lantai PT Bursa Efek Indonesia di Jakarta, Kamis (12/3/2020). Dalam perdagangan saham sesi, Kamis (12/3/2020), Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terkoreksi 5,01 persen ke level 4.895,748 pada pukul 15:33 WIB. Secara otomatis, perdagangan di Bursa Efek Indonesia pun mengalami suspensi. Bisnis/Dedi Gunawan

Bisnis.com, JAKARTA — Kecemasan pelaku pasar terhadap sejumlah isu dari dalam negeri membuat indeks harga saham gabungan harus terkoreksi pada akhir sesi pertama, Kamis (11/6/2020).

Berdasarkan data Bursa Efek Indonesia (BEI), indeks harga saham gabungan (IHSG) parkir di zona merah dengan koreksi 0,51 persen atau 24,991 poin ke level 4.895,691 pada akhir sesi pertama, Kamis (11/6/2020). Laju indeks amblas dan sempat menyentuh level support 4.812,193

Total nilai transaksi saham di pasar reguler, tunai, dan negosiasi senilai Rp5,54 triliun. Tercatat, 239 saham terkoreksi, 143 menguat, dan 150 stagnan.

Sektor saham aneka industri penjadi penekan utama IHSG dengan koreksi 1,68 persen pada akhir sesi pertama. Selanjutnya, sektor saham properti juga turut menekan indeks dengan koreksi 1,22 persen.

Investor asing menekan pasar saham dalam negeri dengan aksi jual. Total nilai net sell atau jual bersih senilai Rp215,64 miliar hingga akhir sesi pertama, Kamis (11/6/2020).

PT Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk. (TLKM) kembali mengalami tekanan aksi jual investor asing sekaligus memimpin daftar top net foreign sell senilai Rp152,2 miliar. Pergerakan harga emiten telekomunikasi milik negara itu harus turun 0,64 persen ke level Rp3.090.

Sebaliknya, investor asing mulai kembali berbelanja saham PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk. (BBRI). Bank pelat merah itu memimpin jajaran top net foreign buy dengan nilai Rp94,6 miliar.

Head of Equity Trading MNC Sekuritas Medan Frankie Wijoyo Prasetio mengatakan pasar telah memprediksi The Federal Reserve masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan. Dengan demikian, pelaku pasar menurutnya cenderung flat dalam menanggapi keputusan Bank Sentral Amerika Serikat (AS) tersebut.

Seperti diketahui, The Fed memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di kisaran 0 persen hingga 0,25 persen pada, Rabu (10/6/2020) waktu setempat. Kendati demikian, Bank Sentral AS menyatakan akan terus memompa stimulus ke dalam ekonomi AS hingga pasar tenaga kerja telah pulih dari tekanan pandemi virus Covid-19.

Frankie menyebut pasar saham mendapat sejumlah tantangan lain dari dalam negeri. Salah satunya data penambahan kasus baru harian Covid-19 yang meningkat setelah pembatasan sosial berskala besar (PSBB) transisi diterapkan.

Berdasarkan catatan Bisnis, jumlah kasus pasien terkonfirmasi positif Covid-19 bertambah 1.241 orang pada, Rabu (10/6/2020). Hari sebelumnya, jumlah kasus positif bertambah sebanyak 1.043 orang.

Di sisi lain, Frankie menyebut pemerintah juga memperkirakan ekonomi akan terkontraksi pada kuartal II/2020 dengan 32 sektor mencatatkan penurunan pendapatan sejak April 2020. Akan tetapi, pihaknya menilai pasar telah memperhitungkan kontraksi ekonomi tersebut dan melihat valuasi murah dari saham-saham di Indonesia sebagai peluang.

“Kondisi seperti ini diperkirakan akan bertahan hingga akhir sesi sembari menunggu Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia pertengahan Juni 2020,” ujarnya kepada Bisnis, Kamis (11/6/2020).

Analis Binaartha Sekuritas Muhammad Nafan Aji Gusta Utama mengatakan The Fed masih mengakui adanya perlambatan pertumbuhan ekonomi AS. Kondisi ini memicu kekhawatiran pasar terhadap kondisi perekonomian global yang tertekan.

“Di sisi lain, meningkatnya kasus Covid-19 juga merupakan sentimen negatif bagi pasar, disamping perang dagang AS dan China. Sesi II pergerakan IHSG masih terbatas,” paparnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News dan WA Channel

Editor : Hafiyyan
Konten Premium

Dapatkan informasi komprehensif di Bisnis.com yang diolah secara mendalam untuk menavigasi bisnis Anda. Silakan login untuk menikmati artikel Konten Premium.

Artikel Terkait

Berita Lainnya

Berita Terbaru

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

# Hot Topic

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Rekomendasi Kami

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Foto

Nyaman tanpa iklan. Langganan BisnisPro

Scan QR Code Bisnis Indonesia e-paper